Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Aksi Jual SRBI, Ekonom: BI Perlu Kerek Imbal Hasil, Tapi..

Ekonom menilai BI perlu menaikkan imbal hasil SRBI untuk menarik kembali minat investor asing. Namun, langkah ini memiliki risiko meningkatkan beban fiskal.
Ilustrasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). JIBI/Bisnis
Ilustrasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Modal asing di pasar keuangan Indonesia terpantau kabur dalam dua bulan terakhir, khususnya melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang sejauh ini menjadi andalan bank sentral untuk menarik aliran modal masuk ke dalam negeri.  

Melihat data Bank Indonesia (BI) sepanjang November dan Desember 2024, investor asing terpantau melakukan jual neto Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) hingga Rp17,93 triliun.  

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat aliran modal keluar atau outflow dari SRBI yang masih berlanjut akan berdampak signifikan terhadap stabilitas nilai tukar rupiah.  

“Jika outflow SRBI terus berlanjut, BI mungkin harus menaikkan imbal hasil SRBI untuk menarik kembali minat investor asing. Namun, langkah ini memiliki risiko meningkatkan beban fiskal,” ujarnya, Senin (30/12/2024).  

Pada pekan terakhir Desember, aliran keluar dana dari SRBI tercatat senilai Rp2,82 triliun atau lebih besar ketimbang saham (Rp0,63 triliun) atau obligasi pemerintah berupa Surat Berharga Negara/SBN (Rp0,86 triliun).  

Josua memandang, kondisi demikian membuat instrumen tersebut kehilangan daya tariknya bagi investor asing.  

Konsekuensinya, jika kepercayaan terhadap SRBI terus menurun maka Bank Indonesia harus mencari cara lain untuk menjaga stabilitas nilai tukar, seperti intervensi di pasar valas atau menaikkan imbal hasil SRBI, yang dapat meningkatkan biaya pembiayaan bagi pemerintah. 

Menurutnya, intervensi pasar oleh Bank Indonesia kemungkinan akan meningkatkan intervensi di pasar valas untuk menstabilkan rupiah. Sementara data teranyar menunjukkan bahwa BI telah menjadi pembeli besar obligasi pemerintah untuk menjaga likuiditas pasar.  

Meski demikian, Josua melihat bahwa BI dan pemerintah dapat mempromosikan instrumen investasi lain untuk menarik modal asing, seperti sukuk berbasis hijau atau obligasi infrastruktur, yang memiliki daya tarik berbeda dibandingkan SRBI. 

“Stabilitas rupiah akan sangat tergantung pada kemampuan Bank Indonesia menjaga kepercayaan investor, baik asing maupun domestik, melalui kebijakan yang terkoordinasi dan responsif. Langkah-langkah mitigasi seperti peningkatan imbal hasil atau promosi instrumen alternatif dapat membantu mengurangi tekanan pada rupiah,” ujarnya.  

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakinkan bahwa SRBI tetap menarik bagi investor asing.  

Tercermin dari suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per tanggal 13 Desember 2024 tercatat meningkat menjadi masing-masing pada level 7,14%, 7,17%, dan 7,24%.  

Untuk diketahui, dari tiga instrumen yang Bank Indonesia terbitkan untuk menjaga stabilitas rupiah, yakni SRBI, Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), SRBI sebagai instrumen moneter pro-market yang menjadi primadona.  

Hingga 16 Desember 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp940,67 triliun, US$2,08 miliar, dan US$386 juta.  

Sementara sepanjang tahun ini saja hingga 24 Desember 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp167,83 triliun di SRBI. Sedangkan di pasar saham hanya senilai Rp15,61 triliun, dan Rp37,94 triliun di pasar SBN. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper