Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Petani Desember 2024 Naik 1,23% Berkat Sawit hingga Kakao

Nilai tukar petani (NTP) mengalami kenaikan sebesar 1,23% secara bulanan pada Desember 2024.
Kumpulan buah sawit yang telah lepas dari tandan sebelum dikirim ke pabrik kelapa sawit PT Sahabat Mewah dan Makmur, Belitung Timur, Rabu (28/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Kumpulan buah sawit yang telah lepas dari tandan sebelum dikirim ke pabrik kelapa sawit PT Sahabat Mewah dan Makmur, Belitung Timur, Rabu (28/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) mengalami kenaikan sebesar 1,23% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Desember 2024. Alhasil, kini nilai tukar petani tembus menjadi 122,78.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menuturkan bahwa kenaikan NTP terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani atau It yang naik 1,83% menjadi 149,5.

“Yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani atau Ib yang sebesar 0,6% menjadi 121,76,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Kamis (2/1/2025).

Pudji mengungkap komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani nasional adalah kelapa sawit, kakao atau cokelat, gabah, dan bawang merah.

Sementara itu, komoditas yang menyumbang indeks harga bayar petani secara nasional (Ib), antara lain bawang merah, telur ayam ras, cabai merah, dan minyak goreng.

Data BPS juga menunjukkan seluruh subsektor mengalami peningkatan NTP pada Desember 2024. Subsektor yang mengalami kenaikan tertinggi adalah hortikultura atau naik 5,26%.

“Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani [It] naik 5,86% yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani [Ib] yang sebesar 0,57%,” terangnya.

Pudji menambahkan, komoditas yang dominan memengaruhi indeks harga yang diterima petani di subsektor ini, antara lain bawang merah, cabai rawit, cabai merah, dan tomat.

Jika ditinjau berdasarkan wilayah, sebanyak 29 provinsi mengalami kenaikan NTP, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Sulawesi Tengah, yaitu sebesar 4,47%.

“Peningkatan NTP di provinsi tersebut didorong oleh kenaikan harga komoditas kakao atau cokelat biji, gabah, cengkeh, tomat, dan kelapa sawit,” ungkapnya.

Di sisi lain, sebanyak sembilan provinsi mengalami penurunan NTP pada Desember 2024. Dari sana, penurunan terdalam terjadi di Papua Barat yaitu sebsar 1,13%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan harga komoditas seperti bayam, cabai rawit, terong, jeruk, dan kelapa.

Secara terperinci, kenaikan NTP tertinggi di Pulau Sumatra terjadi di Riau, yakni sebesar 3,11% mtm. Sedangkan penurunan terdalam terjadi di Sumatra Selatan yang sebesar 0,24% mtm.

Untuk wilayah Jawa, BPS mencatat kenaikan NTP tertinggi terjadi di Jawa Timur, yakni sebesar 1,6% mtm. Sementara itu, DKI Jakarta menjadi wilayah di Pulau Jawa dengan penurunan NTP terdalam, yakni sebesar 0,55% mtm.

Untuk Kalimantan, terpantau Kalimantan Barat mengalami kenaikan NTP tertinggi, yakni mencapai 2,36% mtm. Sementrara itu, Sulawesi Tengah menjadi wilayah di Pulau Sulawesi yang mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 4,47% mtm.

Berikutnya, kenaikan NTP tertinggi di Maluku Papua terjadi di Papua Selatan sebesar 2,16% mtm, sedangkan Papua Barat menjadi wilayah dengan penurunan terdalam atau sebesar 1,13% mtm.

Lebih lanjut, Bali menjadi wilayah dengan kenaikan NTP tertinggi di Bali Nusra, yakni 2,17% mtm, sedangkan Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah yang mengalami penurunan terdalam sebesar 0,19% mtm.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper