Bisnis.com, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan bahwa pihaknya tidak memiliki persepsi negatif terhadap produsen pesawat tertentu dalam pengadaan pesawat.
Pernyataan ET tersebut merespons banyaknya kecelakaan pesawat yang melibatkan pesawat produksi AS, Boeing. Menurut Erick setiap jenis pesawat tentu memiliki spesifikasi penggunaan masing-masing.
“Kita tidak prejudice antara merek satu dan merek yang lain, tapi kita tentu bicarakan efisiensi penggunaan jenis pesawat,” kata Erick di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2024).
Erick Thohir menjelaskan penyempitan jenis pesawat dilakukan agar perawatan dapat dilakukan dengan lebih efisien. Khusus untuk PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA), ET menyebut telah melakukan efisiensi jenis pesawat saat restrukturisasi.
“Kalau di sebuah maskapai terlalu banyak merek pesawatnya maintenance-nya lebih tidak efisien. Nah, ini yang memang saya rasa kita coba perbaiki, tetapi tentu efisiensi di masing-masing maskapai untuk maintenance dan services-nya,” kata dia.
Senada, Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani mengatakan, pihaknya tidak dapat memilih produsen pesawat tertentu. Terlebih industri penerbangan sedang kekurangan banyak pesawat.
Baca Juga
“Betapa sulitnya kita mencari pesawat yang available, baik baru maupun bekas, tentunya ini bukan menjadi pilihan. Kita belum bisa memilih [merek pesawat],” kata dia.
Di sisi lain, Wamildan menyebut, GIAA berencana menambah setidaknya 20 pesawat anyar sepanjang 2025. Pada Januari 2025, GIAA akan kedatangan dua pesawat Boeing dan satu pesawat akan beroperasi pada Februari 2025.