Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang dolar AS melemah terhadap hampir semua mata uang utama setelah muncul kabar bahwa tim ekonomi Donald Trump sedang mempertimbangkan kenaikan tarif secara bertahap
Indeks Spot Dolar Bloomberg turun sebanyak 0,4% pada perdagangan awal Asia hari Selasa (14/1/2025), setelah penasihat ekonomi Trump dikabarkan sedang membahas pendekatan tarif secara pelan-pelan, alih-alih kenaikan besar satu kali. Sementara itu, pada pukul 09.56 WIB, data indeks dolar AS terpantau melemah 0,33% ke 109.6260
Langkah tersebut dapat memperlambat tekanan inflasi dari tarif, serta berpotensi memberi lebih banyak ruang bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga.
Baca Juga : Harga Emas Melemah Tertekan Penguatan Dolar AS |
---|
Kali ini adalah penurunan terbesar dalam indeks dolar sejak 6 Januari 2025, ketika dolar AS jatuh menyusul berita Washington Post yang mengklaim Trump berencana untuk mengurangi rencana tarifnya. Presiden terpilih itu membantah berita itu dalam sebuah posting di Truth Social.
"Pelemahan dolar dapat berlanjut kecuali Presiden Trump menyangkal laporan tersebut seperti yang dilakukannya sebagai reaksi terhadap laporan oleh Washington Post," kata ahli strategi di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong dikutip dari Bloomberg pada Selasa (14/1/2025).
Mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru melonjak terhadap dolar AS, menunjukkan rasa lega bahwa guncangan tarif yang besar dapat dihindari. Yuan China yang dijual di luar negeri, target penjualan utama bagi para pedagang yang bertaruh pada tarif AS, juga menguat.
Penurunan dolar AS menggarisbawahi peran utama tarif dalam mempengaruhi sentimen di pasar valuta asing senilai US$7,5 triliun per hari. Namun, langkah tersebut mungkin terbukti sementara.
Sebagian besar bank Wall Street memperkirakan dolar AS akan menguat dan angka ketenagakerjaan yang meledak minggu lalu telah menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang laju potensi penurunan suku bunga.
"Anda tidak dapat mengejar hal ini, karena penyangkalan akan segera terjadi," kata Win Thin, kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman & Co. di New York tentang berita utama baru-baru ini.
"Lihatlah melalui kebisingan dan yakinlah bahwa reli dolar akan terus berlanjut hanya dengan kinerja ekonomi AS yang lebih baik."