Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi indeks harga produsen Amerika Serikat naik di bawah ekspektasi pada Desember 2024, didorong oleh kenaikan harga barang yang sebagian besar diimbangi stabilnya harga jasa.
Data ini mencerminkan tren penurunan inflasi yang perlahan kembali berlanjut setelah sempat stagnan dalam beberapa bulan terakhir.
Melansir Reuters, Rabu (15/1/2025), indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir naik 0,2% pada Desember setelah mencatat kenaikan 0,4% pada November, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan PPI sebesar 0,3%.
Dalam periode 12 bulan hingga Desember, PPI naik 3,3%, level tertinggi sejak Februari 2023, setelah mencatat kenaikan 3,0% pada November.
Kenaikan tahunan ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya harga energi pada tahun sebelumnya, yang telah keluar dari perhitungan. Inflasi produsen naik 3,3% sepanjang 2024, dibandingkan hanya 1,1% pada 2023.
Meski inflasi produsen melandai, para analis tetap berpendapat bahwa Federal Reserve tidak mungkin melanjutkan pemotongan suku bunga sebelum paruh kedua tahun ini.
Baca Juga
Pasar tenaga kerja yang kuat serta ancaman inflasi dari potensi kebijakan tarif oleh administrasi Presiden terpilih Donald Trump menambah kompleksitas kebijakan moneter ke depan.
“Meski hasilnya lebih baik dari perkiraan, ini belum cukup bagi Federal Reserve untuk melonggarkan kondisi moneter di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama dengan agenda tarif dan pemotongan pajak dari pemerintahan baru,” kata Kepala Ekonom AS di High Frequency Economics, Carl Weinberg.
Data PPI ini memberikan gambaran awal bagi inflasi konsumen yang dijadwalkan rilis hari Rabu. Survei Reuters memperkirakan inflasi konsumen akan meningkat 0,3%, sejalan dengan angka November.
“Angka PPI hari ini tidak memberikan jaminan apapun terhadap potensi perlambatan pada inflasi konsumen,” ujar Stephen Stanley, Kepala Ekonom AS di Santander US Capital Markets.