Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2025 mencapai 3,2% atau lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,1%.
Pertumbuhan tersebut dikerek naik meski di tengah divergensi pertumbuhan ekonomi dunia yang melebar dan ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut.
Perry menyampaikan pertumbuhan ekonomi dunia yang menguat tersebut sejalan dengan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang juga semakin perkasa.
"Prospek pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya menjadi 3,2% karena lebih tinggi pertumbuhan AS, sementara negara lain mengalami perlambatan," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (15/1/2025).
Perry menuturkan bahwa perekonomian AS yang tumbuh lebih kuat dari perkiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkat, permintaan doemstik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.
Sebaliknya di belahan bumi yang lain, ekonomi Eropa, China, dan Jepang diperkirakan masih akan terus lemah.
Baca Juga
Hal tersebut karena menurunnya keyakinan konsumen dan tertahannya produktivitas. Sementara India masih tertahan karena manufaktur yang terbatas.
Dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Desember, Perry memangkas proyeksi ekonomi global ke angak 3,1% akibat ketidakpastian pasar keuangan global semakin meningkat disertai dengan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Terlebih, rencana kebijakan perdagangan di Amerika Serikat (AS) melalui kenaikan tarif impor, komoditas, dan cakupan negara yang lebih luas telah menyebabkan risiko peningkatan fragmentasi perdagangan dunia.
Lain halnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah yakni tetap di 2,8% pada 2025, tidak berubah dari tahun 2024, tertahan oleh dua negara dengan perekonomian terbesar, yakni Amerika Serikat (AS) dan China.
PBB mengatakan pertumbuhan AS diperkirakan akan turun dari 2,8% tahun lalu menjadi 1,9% pada 2025 karena pasar tenaga kerja melemah dan belanja konsumen melambat.
Dikatakan bahwa pertumbuhan di China diperkirakan sebesar 4,9% untuk 2024 dan diproyeksikan menjadi 4,8% tahun ini dengan investasi sektor publik dan kinerja ekspor yang kuat sebagian diimbangi oleh pertumbuhan konsumsi yang lemah dan pelemahan sektor properti yang berkepanjangan.