Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kakao Mahal, Produsen Cokelat Tetap Pede Prospek Industri Olahan Cerah

ACBI mengungkap prospek industri olahan kakao masih cerah di tengah tantangan kenaikan harga biji kakao yang tak diimbangi peningkatan kualitas
Pekerja melakukan proses produksi cokelat di Pabrik Cokelat Artisan Terve di Bandung, Jawa Barat. Bisnis/Rachman
Pekerja melakukan proses produksi cokelat di Pabrik Cokelat Artisan Terve di Bandung, Jawa Barat. Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Chocolate Bean to Bar Indonesia (ACBI) mengungkap prospek industri olahan kakao masih cerah di tengah tantangan kenaikan harga biji kakao yang tak diimbangi peningkatan kualitas. Hal ini pun menjadi tantangan sekaligus peluang untuk industri. 

Ketua Umum ACBI Olivia Putri Prawiro mengatakan pihaknya masih dibayangi kesulitan untuk mencari bahan baku biji kakao yang berkualitas sesuai standar kebutuhan industri olahan. 

"Karena kenaikan harga sekarang tidak sejalan dengan peningkatan kualitas atau mutu. Cenderung kualitas menurun walaupun harga biji tinggi," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (15/1/2025). 

Kendati demikian, wanita yang juga merupakan co-founder dari Ubud Raw Chocolate itu menyebut prospek masih baik diikuti dengan permintaan yang pulih. Adapun, bisnis nya kini menyasar pasar domestik 70% dan ekspor 30%. 

Dia tak memungkiri, kenaikan harga biji kakao sepanjang tahun lalu membuat permintaan sempat turun. Sebagaimana diketahui, harga biji kakao tahun 2024 mencapai US$10.556 per ton, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023 sebesar US$3.280 per ton. 

Untuk bisnis nya, bahan baku olahan kakao yang digunakannya itu diperoleh 100% dari koperasi petani lokal di berbagai daerah Indonesia, mulai dari Bali, Papua, Sulawesi, Kalimantan, hingga Sumatra.

"Ada penurunan permintaan diawal namun setelah hampir setahun harga terlihat ga ada penurunan perlahan customer mulai nerima," tuturnya. 

Dengan kondisi tersebut, produsen cokelat tak bisa serta merta meningkatkan harga jual untuk mempertahankan daya beli konsumen. 

"Secara omzet meningkan namun profit menurun karena tidak bisa 100% membebankan kenaikan dan harga yang sangat fluktuatif ke customer," jelasnya. 

Kendati demikian, industri olahan kakao masih berpeluang tumbuh, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan cokelat premium dinilai mempunyai potensi untuk berkembang di masa depan. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap produk cokelat berkualitas. 

"Industri artisan kakao ini punya daya saing, bisa dikembangkan dan bisa membantu yang bagaimana harga baik ini bisa kita isi karena dia jadi semahal itu apabila masuk ke premium, masuk ke specialty melalui fermentasi," ujarnya.

Putu menerangkan bahwa biji kakao Indonesia pun memiliki keistimewaan yang dapat menjadi peluang. Dia menyebutkan keragaman cita rasa yang khas pada setiap daerah penghasil kakao, seperti Jembrana dengan karakter honey, Nusa Tenggara Timur dengan karakter nutty, dan Sulawesi dengan floral-nya yang khas.  

"Saat ini terdapat 600 cita rasa cokelat Indonesia yang bisa dieksplorasi untuk promosi dan branding," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper