Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef Buka-bukaan Potensi Cuan Jumbo dari Hilirisasi Tembaga RI

Hilirisasi mineral kritis nasional memiliki potensi yang besar untuk merebut pasar global yang permintaannya makin tinggi.
Kawasan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur/Dok: Tim PTFI.
Kawasan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur/Dok: Tim PTFI.

Bisnis.com, JAKARTA - Hilirisasi mineral kritis nasional memiliki potensi yang besar untuk merebut pasar global yang permintaannya makin tinggi. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memasarkan produk mineral dengan nilai tambah yang diproses dalam negeri. 

Dalam laporan terbarunya, Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti potensi dari hilirisasi tembaga yang cadangannya paling besar di Indonesia. Adapun, konsumsi tembaga global diprediksi meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 14% sejak 2016 hingga 2035, seiring dengan pengembangan industri kendaraan listrik yang masif. 

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, pengolahan tembaga menjadi produk hilir seperti CU katoda dapat memicu peningkatan nilai jual produk hampir 4 kali lipat. 

"Dari tahun ke tahun tren produk derivatif tembaga makin banyak diminta di pasar global sehingga ini adalah peluang baik bagi Indonesia untuk bisa meningkatkan nilai ekspornya," kata Esther dalam agenda Tantangan dan Implikasi Hilirisasi Mineral di Indonesia, Senin (3/2/2025). 

Tak hanya CU katoda yang meningkat nilai jualnya, produk olahan dari CU rod atau batang tembaga menjadi kabel tembaga maka nilai tambahnya dapat naik hingga 24 kali lipat. Sementara itu, dari CU wire menjadi electric wire meningkat hingga 39 kali lipat. 

Untuk itu, Esther menekankan bahwa Indonesia akan sangat untung jika tembaga diekspor tidak lagi dalam bentuk bahan mentah, melainkan diproses hingga ke hilir. 

Adapun, merujuk pada data TradeMap 2024, saat ini Indonesia berada di posisi ketiga dengan total ekspor bijih tembaga 2,9 juta ton senilai US$8,236 juta. Untuk itu, dia melihat adanya potensi Indonesia untuk meningkatkan peran dalam rantai nilai pasokan tembaga global. 

"Dengan adanya hilirisasi industri tembaga ini kita bisa mendapatkan potensi ya nilai ekspor yang berkali-kali lipat. Jadi tidak hanya dari ekspornya, tetapi dari investasinya, dari penciptaan lapangan pekerjaannya, dari GDP-nya," tuturnya. 

Menurut perhitungannya, kehadiran investasi US$38 juta untuk hilirisasi tembaga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap 253.000 tenaga kerja. Tak hanya itu, kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai US$34,9 juta dan ekspor US$282 juta. 

Lebih lanjut, Esther menekankan urgensi Indonesia untuk segera mempercepat hilirisasi tembaga. Pasalnya, permintaan tembaga global untuk berbagai produk hilir makin meningkat. 

Dalam laporannya, meskipun produk katoda tembaga global menurun dari 288.980 ton menjadi 247.940 ton, produk Cu wire terus meningkat produksinya dari 1,92 juta ton menjadi 2,18 juta ton. 

Sementara itu, electric wire menigkat produksinya dair 561.970 ton menjadi 754.800 ton, serta produksi Cu rod naik dari 8,53 juta ton menjadi 8,9 juta. Hal ini menunjukkan pergeseran ke produk bernilai tambah tinggi, terutama yang mendukung elektrifikasi global dan industri teknologi. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper