Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Balas Perang Tarif AS, Mayoritas Bursa Asia Ditutup Menguat

Sebagian besar bursa Asia ditutup menguat pada Selasa (4/2/2025) setelah investor berspekulasi China dapat membantu menghindari skenario terburuk perang dagang.
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar bursa Asia ditutup menguat pada Selasa (4/2/2025) setelah investor berspekulasi bahwa pengekangan tarif balasan oleh China dapat membantu menghindari skenario terburuk dalam perang dagang yang sedang berkembang.

Mengutip Bloomberg, Selasa (4/2/2025) indeks Topix Jepang ditutup di zona hijau setelah menguat 0,65% ke level 2.738,02, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 1,13% ke level 2.481,69. Kemudian, indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 2,83% ke level 20.789,96.

Indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI terpantau menguat 0,56% pada kisaran 1.562,36. Sementara itu, indeks Straits Times STI Singapura naik tipis 0,01% ke level 3.286,66. Sebaliknya, indeks S&P/ASX 200 Australia ditutup terkoreksi 0,06% ke 8.373,98.

Pemerintahan Xi Jinping segera mengeluarkan balasan setelah tarif AS sebesar 10% mulai berlaku pada Selasa (4/2/2025). Respons yang diberikan tampaknya telah disesuaikan dengan cermat untuk menghindari pukulan besar terhadap perekonomian China.

Balasan tersebut sekaligus menunjukkan kepada Trump kemampuan Xi untuk menimbulkan kerugian di berbagai bidang. Pengekangan tersebut menyebabkan reaksi yang relatif tidak signifikan di pasar—terutama karena Trump mengisyaratkan keinginan untuk berbicara dengan pemimpin China tersebut.

Beberapa jam sebelumnya, Trump memberikan Kanada dan Meksiko penangguhan tarif sebesar 25% pada menit-menit terakhir setelah pembicaraan dengan para pemimpin negara tersebut. Penundaan ini memperkuat pandangan bahwa Trump melihat tarif sebagai taktik negosiasi, namun masih enggan menimbulkan kerugian ekonomi bagi warga Amerika.

“Kami mempertahankan bias bullish jangka menengah terhadap aset-aset berisiko, namun kami sedikit mengurangi prospek jangka pendek mengingat meningkatnya ketidakpastian,” kata Mohit Kumar, kepala ekonom di Jefferies International.

Kumar mengatakan dampak tarif kemungkinan tidak akan seburuk yang sebelumnya dikhawatirkan. Namun, ia melihat peningkatan volatilitas pasar dalam jangka pendek.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee, mengatakan bank sentral harus bertindak lebih hati-hati dalam menurunkan biaya pinjaman di tengah meningkatnya ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pemerintahan Trump. Tokoh lain seperti Raphael Bostic dari The Fed, Mary Daly, dan Philip Jefferson akan berbicara hari ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper