Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah konsumen di Amerika Serikat mengeluhkan biaya bea masuk tambahan yang dikenakan terhadap barang kiriman dari China. Padahal, sebelum tarif baru AS terhadap kiriman dari China berlaku, barang dengan nilai yang sama bebas bea masuk.
Melansir Reuters, Jumat (7/2/2025), Matthew Cannon terkejut saat putrinya yang masih kuliah mengirim pesan, menanyakan apakah tagihan sebesar US$45,19 dari DHL untuk bea masuk dan biaya tambahan adalah penipuan.
Putrinya baru saja membeli atasan seharga US$65 dari merek fesyen Australia, I.Am.Gia, untuk perayaan Mardi Gras di New Orleans. Dengan biaya pengiriman ekspres, total pembeliannya menjadi US$84.
Namun, DHL memberi tahu bahwa ia harus membayar tambahan US$26,88 untuk bea masuk dan US$17 untuk penanganan dalam lima hari, atau paketnya akan dikembalikan ke pengirim.
Bagi pembeli online di AS, kebijakan perdagangan baru yang diterapkan Presiden Donald Trump telah mengubah cara mereka berbelanja barang murah dari China.
Tarif 10% yang diberlakukan pekan ini menaikkan harga barang di platform seperti Shein dan Temu, sementara penghapusan aturan de minimis menghilangkan pembebasan bea masuk untuk paket bernilai rendah.
Baca Juga
Aturan de minimis sebelumnya memungkinkan barang di bawah US$800 dikirim langsung ke konsumen AS tanpa dikenai bea masuk. Kini, semua barang dari China dan Hong Kong, termasuk yang sudah dalam perjalanan sebelum kebijakan diterapkan, harus membayar bea masuk.
“Putri saya membeli atasan seharga US$65 yang sudah sulit ia beli, dan sekarang harus membayar tambahan US$50 hanya untuk mendapatkannya,” keluh Cannon, kepala bagian pendapatan di Reach, perusahaan yang membantu peritel internasional menjual ke AS.
Clint Reid mengalami hal serupa. Pada Selasa, ia menerima email dari DHL yang menyatakan bahwa pesanan dari Shein senilai US$197, berisi 16 item seperti gaun, sweater, dan pakaian bayi, akan dikembalikan jika ia tidak membayar US$39,07 dalam lima hari.
Shein, Temu, dan Amazon selama ini memanfaatkan kebijakan bebas bea untuk menjual ke pembeli AS. Namun, sejak 4 Februari, semua barang dari China dan Hong Kong dengan nilai di bawah US$800 kini wajib membayar bea masuk.
Dengan kebijakan baru ini, pembeli AS mulai merasakan dampak langsung tarif Trump terhadap kantong mereka. Sementara itu, di Eropa dan Kanada, pembayaran bea masuk untuk belanja online sudah menjadi hal yang lazim.
“Di AS, orang tidak terbiasa membayar bea masuk untuk belanja online kecuali barangnya sangat mahal—dan biasanya, peritellah yang menanggung biayanya,” ujar Cannon. “Sekarang, ini akan menjadi mimpi buruk bagi pembeli.”
DHL Express mengatakan memiliki struktur biaya standar untuk proses kepabeanan, di luar pajak dan bea yang ditetapkan pemerintah. UPS menyatakan memiliki sistem untuk memfasilitasi pembayaran bea masuk, sementara FedEx belum memberikan komentar.
Sejumlah peritel berusaha menyesuaikan diri. Menurut Bernie Hart, wakil presiden kepabeanan di Flexport, beberapa perusahaan memilih menanggung bea masuk dalam jangka pendek.
Merek fesyen I.Am.Gia kini membebankan bea masuk kepada pelanggan AS melalui perusahaan pengiriman. Mulai 7 Februari, biaya bea masuk akan dimasukkan dalam harga barang dengan sedikit penyesuaian harga dan batasan pengiriman gratis.
Sementara itu, peritel fesyen cepat Cider memperingatkan bahwa waktu pengiriman ke AS mungkin mengalami keterlambatan akibat proses kepabeanan yang lebih panjang. Namun, mereka belum memberikan tanggapan resmi terkait dampak kebijakan baru ini.