Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto disebut menargetkan lifting minyak nasional dapat mencapai 900.000 hingga 1 juta barel per hari (bopd) pada periode 2028-2029. Sementara itu, lifitng minyak sepanjang tahun lalu baru mencapai rata-rata 579.700 bopd.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan target tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang yang dapat dioptimalkan, terlebih Indonesia saat ini memiliki potensi 7.000-8.000 sumur potensial yang dapat berproduksi. Hal ini disebut dapat mendorong arahan dari Prabowo.
"Presiden Prabowo menargetkan kami, dan beliau sudah canangkan agar di 2028-2029 lifting kita sudah harus mencapai 900.000 sampai 1 juta barel per hari, ini tantangan, ini kerja keras," kata Bahlil di Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Selasa (11/2/2025).
Bahlil menerangkan bahwa Indonesia memiliki potensi 44.000 sumur migas. Namun, sumur yang berfungsi sebanyak 16.000 sumur tua dan sumur idle 16.000-18.000 sumur.
Pihaknya tengah melakukan pendalaman untuk meningkatkan lifting miyak dari sumur-sumur yang potensial. Terlebih, dia juga mendorong baseline 301 sumur minyak yang telah selesai eksplorasi, tetapi belum menerbitkan rencana pengembangan atau plan of development (PoD).
"Minyak kita ini masih banyak, khususnya di Blok Rokan. Saya baru pulang dari Rokan, tapi minyaknya di bawah, itu bagaimana caranya dinaikkan? Kita melakukan intervensi dengan teknologi, salah satunya EOR [enhanced oil recovery]," ujarnya.
Baca Juga
Teknologi lainnya yang didorong yaitu metodologi pengeboran dari vertikal menjadi horizontal. Dengan teknologi tersebut, Bahlil menyebutkan bahwa Amerika Serikat dapat meningkatkan lifting dari 3,5 juta menjadi 13 juta bopd.
Tak hanya itu, Bahlil juga memastikan agar 301 sumur yang telah selesai eksplorasi dapat segera dieksekusi. Dia memerintahkan kepada SKK Migas agar siapapun yang telah memegang konsesi sumur minyak tersebut untuk segera berproduksi.
"Kepada pemegang konsesi siapapun, baik itu BUMN, Pertamina, maupun siapapun yang megang, sudah dikasih, sudah selesai eksplorasi, tapi enggak mau ditingkatkan ke produksi agar ditinjau," tuturnya.
Dia pun tak segan mencabut hak konsesi apabila wilayah kerja yang dimaksud tak kunjung memproduksi minyak. Bahlil juga mengungkap akan melakukan evaluasi besar-besaran terhadap para pemegang hak konsesi tersebut.
"Para investor, segera merealisasikan investasinya, untuk bagaimana sumur-sumur minyak yang sudah miliki, untuk bisa ditingkatkan menjadi produksi. Ini sekaligus sebagai pengumuman, ada satu wilayah kerja yang sudah 26 tahun, sudah menemukan salah satu gas terbesar, tapi enggak dinaikkan statusnya," pungkasnya.