Bisnis.com, DENPASAR - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong produktivitas sawit nasional untuk menjawab meningkatnya kebutuhan di sektor pangan hingga energi.
Hal itu disampaikan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono di sela pembukaan Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan atau International Conference of Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025, di Bali pada 12-14 Februari 2025.
Sudaryono mengatakan ICOPE menjadi forum mempertemukan pemikiran ataupun solusi yang baik untuk keberlanjutan industri sawit nasional. Diharapkan, dari forum-forum semacam ini dapat mendorong produktivitas sawit nasional.
Menurutnya, peranan industri sawit begitu strategis, sehingga dengan meningkatkan produktivitas akan menguatkan posisi Indonesia sebagai pemain kunci sawit global.
Saat ini, berdasarkan data Kemenko Perekonomian, minyak sawit Indonesia telah menyumbang sekitar 23% produksi minyak nabati dunia atau 58% produksi minyak sawit global.
“Dan dari pemerintah, kami sangat menekankan bagaimana peningkatan produktivitas itu kami inginkan. Karena minyak sawit ini, selain memang untuk pangan, tapi juga ada keinginan dari pemerintah, bagaimana kita menuju sustainable, menuju renewable energy,” ujarnya, Rabu (12/2/2025).
Baca Juga
Sudaryono khawatir, apabila tingkat produktivitas tidak dapat ditingkatkan, pihaknya khawatir tingginya demand untuk sektor energi bakal mengorbankan sektor pangan. Untuk itu, Kementan mendorong adanya intensifikasi dan ekstensifikasi sawit nasional.
“Karena dengan hasil produksi dari intensifikasi yang naik, perusahaan kelapa sawitnya juga tambah baik, jangan lupa juga itu memberi kesejahteraan petani juga lebih baik,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Chairman dan CEO PT Sinar Mas Agro Resources & Technology, Franky Oesman Widjaja mengatakan potensi pengembagan industri sawit terbuka lebar. Mengamini pernyataan Wamentan Sudaryono, Franky menyebut sawit merupakan komoditas istimewa yang berkembang di Tanah Air.
“Ini anugerah Tuhan. Dan kita sudah menjadi produsen nomor satu di dunia produksi,” ujarnya.
Selain memberi nilai tambah yang besar, Franky mengatakan industri sawit telah membuka lapangan kerja yang besar, dan memberi lapangan pekerjaan langsung kepada lebih dari 17 juta orang.
Di tengah target pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, Franky memperkirakan peningkatan kinerja industri sawit nasional akan memberikan kontribusi yang signifikan.
“Kita sudah unggul, tinggal lebih didorong lagi saja. Untuk jangka pendek, peningkatan produktivitas adalah mendorong intensifikasi,” tambahnya.