Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gaduh Isu Pertamax Oplosan, Bahlil Beri Penjelasan

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia buka suara soal isu bahwa Pertamax (RON 92) yang beredar di masyarakat merupakan BBM oplosan.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan, Jakarta untuk menghadiri rapat terbatas bersama dengan Presiden Prabowo Subianto pada Selasa (4/2/2025)/Bisnis-Dany Saputra.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan, Jakarta untuk menghadiri rapat terbatas bersama dengan Presiden Prabowo Subianto pada Selasa (4/2/2025)/Bisnis-Dany Saputra.

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia ikut bersuara terkait isu bahwa Pertamax (RON 92) yang beredar di masyarakat merupakan BBM oplosan.

Bahlil memastikan kualitas Pertamax yang beredar di masyarakat saat ini sudah sesuai dengan standar RON 92.

"Enggak ada [oplosan]. Kualitas kita kan sudah sesuai standar," katanya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2025).

Di sisi lain, Bahlil juga memastikan pihaknya melakukan perbaikan tata kelola pengadaan BBM. Dia mencontohkan, saat ini izin impor BBM tidak diberikan dalam 1 tahun sekaligus, tetapi 6 bulan sekali.

Dengan begitu, pihaknya bisa melakukan pengawasan dan evaluasi setiap kuartalnya. Selain itu, pihaknya juga akan melarang ekspor minyak mentah. Bahlil menegaskan bahwa minyak mentah itu harus diolah di kilang dalam negeri.
 
"Nanti [minyak mentah] yang bagus, kita suruh blending. Nanti yang tadinya itu enggak bisa diolah di dalam negeri, sekarang kita minta harus diolah di dalam negeri," jelas Bahlil.

Menurut Bahlil, dengan blending minyak itu, kelak akan menghasilkan BBM yang sesuai dengan spesifikasi.

"Dengan cara bagaimana? Mem-blending antara kualitas minyak bagus dengan minyak yang setengah bagus. Itu di-blending agar spek di refinery kita itu masuk," ucapnya.

Belakangan, masyarakat di media sosial digaduhkan dengan tudingan bahwa Pertamax yang dijual dioplos. Isu yang bergulir menyebut bahwa Pertamax yang dibeli sebenarnya berkualitas RON 90 atau setara Pertalite.

Tudingan masyarakat itu tidak lepas dari kasus dugaan tindak pidana korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang yang melibatkan subholding Pertamina dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tahun 2018—2023.

Sebelumnya, Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan tujuh tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang. Ketujuh tersangka yang telah ditahan itu adalah Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan, Direktur Utama PT Pertamina International Shipping Yoki Firnandi, Direktur Optimalisasi dan Produk Pertamina Kilang Internasional Sani Dinar Saifuddin. 

Selain itu, tersangka lainnya adalah Agus Purwono selaku Vice President Feedstock Manajemen pada PT Kilang Pertamina Internasional, Gading Ramadhan Joedo selaku Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim Nusantara, DW selaku Komisaris PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim Nusantara dan MKAN selalu beneficial owner PT Navigator Khatulistima. 

Dalam kasus tersebut, salah satu tersangka, RS selaku direktur utama PT Pertamina Patra Niaga diduga seolah-olah melakukan impor produk kilang RON 92. Namun, setelah diusut ternyata RS diduga malah membeli bahan bakar dengan oktan minimum sebesar 90 atau sejenis Pertalite.  

Produk kilang itu kemudian dicampur sedemikian rupa untuk menjadi RON 92 atau sejenis Pertamax. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper