Ega menerangkan bahwa zat aditif yang digunakan oleh Pertamina Patra Niaga untuk produk Pertamax yakni menggunakan produk dari Afton Chemical Corporation. Tujuannya tak lain untuk meningkatkan manfaat atau nilai tambah dari performa Pertamax.
"Adapun, aditif Pertamax yang ditambahkan di situ sifatnya untuk menambah performansi untuk anti-karat, untuk detergensi agar mesin menjadi lebih bersih dan juga untuk performansi akselerasi sehingga kepada konsumen diharapkan juga merasa lebih ringan dalam berkendara," ujarnya.
Dengan demikian, dia menegaskan bahwa kabar oplosan produk Pertamax (RON 92) tidak benar. Bahkan, terminal-terminal penyimpanan minyak di Pertamina Patra Niaga saat ini tidak terdapat fasilitas blending untuk produk gasoline atau bensin.
"Yang ada adalah fasilitas penambahan aditif dan pewarna. Nah, ini menjadi salah satu hal yang ingin kami konfirmasi," tegasnya.
3. Proses Pengawasan
Pertamina menegaskan bahwa mutu BBM yang didistribusikan telah melalui proses pengawasan dari sejumlah pihak.
Pth Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra menuturkan bahwa dalam pelayanan kepada masyarakat, Pertamina dan badan usaha BBM lainnya diawasi langsung oleh pemerintah, dalam hal ini BPH Migas dan Lemigas secara independen.
Baca Juga
Selain itu, dalam memastikan bahwa BBM Pertamax yang dijual di SPBU tetap sesuai standar, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga terus melakukan pengawasan mutu BBM dengan cara melakukan uji sampel dari berbagai SPBU secara periodik.
4. Penjelasan Kejagung
Kejaksaan Agung (Kejagung) angkat bicara soal isu BBM "oplosan" dari dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang Pertamina-KKKS.
Kapuspenkum Kejagung RI, Harli Siregar mengatakan salah satu modus impor RON 90 yang dicampur menjadi bahan bakar sejenis Pertamax itu hanya terjadi pada periode 2018-2023.
"Ini peristiwanya 2018-2023. Jadi yang kami sampaikan ke publik, ke media adalah fakta hukumnya," ujarnya di Kejagung, Rabu (26/12/2025).
Kemudian, Harli menekankan bahwa kejadian dugaan pencampuran bahan bakar Ron 90 agar menjadi Ron 92 itu tidak serta-merta terus berlanjut hingga 2025.
Oleh sebab itu, dia menyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir soal kualitas BBM dari Pertamina saat ini.
"Jangan seolah-olah bahwa peristiwa itu terjadi juga sekarang. Nah, ini kan bisa membahayakan di satu sisi ya. Fakta hukumnya ini di 2018-2023, dan ini sudah selesai," pungkasnya.
5. Tuai Respons Prabowo
Presiden Prabowo Subianto turut merespons kasus korupsi Pertamina hingga gaduh dugaan BBM oplosan. Prabowo menegaskan bahwa kasus tersebut sedang dalam proses penanganan.
"Lagi diurus itu semua, ya. Lagi diurus semua. Oke, Kami akan bersihkan, kami akan tegakkan. Kami akan membela kepentingan rakyat," kata Prabowo dalam wawancaranya dengan awak media di Gade Tower, Rabu (26/2/2025).
Meskipun tidak merinci lebih lanjut tentang langkah-langkah spesifik yang diambil, tetapi Prabowo memastikan pemerintah berkomitmen untuk menuntaskan permasalahan yang berpotensi merugikan keuangan negara dan kepentingan publik.
6. ESDM Bentuk Tim Khusus
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan pihaknya akan membentuk tim demi memberi kepastian spesifikasi BBM yang beredar di masyarakat. Hal ini sebagai respons dari keresahan masyarakat soal kualitas BBM jenis Pertamax (RON 92) yang dituding oplosan.
Bahlil mengatakan, pihaknya akan membentuk tim agar bisa memberikan kepastian kepada masyarakat bahwa BBM yang dibeli sesuai spesifikasi.
“Kami akan menyusun tim dengan baik untuk memberikan kepastian agar masyarakat membeli minyak berdasarkan spesifikasi dan harganya,” ucap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (26/2/2025).