Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Perang Dagang AS, Jerman Bakal Longgarkan Batas Utang Negara

Calon Kanselir Jerman Friedrich Merz menyampaikan niat untuk meningkatkan utang usai Presiden AS Donald Trump menginisiasi perang dagang.
Pengendara sepeda dan pejalan kaki melewati gedung Reichstag saat bendera nasional Jerman berkibar, pada hari pemungutan suara kepercayaan yang diserukan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz, 16 Desember 2024./REUTERS
Pengendara sepeda dan pejalan kaki melewati gedung Reichstag saat bendera nasional Jerman berkibar, pada hari pemungutan suara kepercayaan yang diserukan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz, 16 Desember 2024./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA — Calon Kanselir Friedrich Merz berencana untuk membebaskan Jerman dari belenggu fiskal yang membebani selama lebih dari satu dekade di bawah kepemimpinan Angela Merkel. Langkah ini diyakini akan merevolusi keuangan negara.

Dilansir dari Bloomberg, Rabu (5/3/2025) Merz menyampaikan niat untuk meningkatkan anggaran belanja usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menginisiasi perang dagang.

AS memang akan mengenakan tarif 25% pada produk impor dari Uni Eropa meski tanggal efektif spesifiknya belum dikonfirmasi. Merz pun berniat meningkatkan belanja infrastruktur dan militer untuk hadapi perang dagang tersebut.

Oleh sebab itu, dia ingin melonggarkan apa yang selama ini dikenal dengan "rem utang negara", dengan menaikkan utang struktural Jerman menjadi 1,4% dari level saat ini sebesar 0,35% terhadap produk domestik bruto (PDB), dengan syarat rasio utang di bawah 60%.

Utang struktural sendiri mengacu kepada utang yang diambil oleh pemerintah untuk menutupi defisit anggaran yang bersifat struktural, bukan hanya untuk menanggapi kebutuhan sementara atau siklus ekonomi.

Anggaran pertahanan "rem utang negara" sendiri diperkenalkan oleh Merkel pada 2009, usai Krisis Finansial. Ketentuan itu merupakan salah satu kebijakan yang paling lama bertahan lama di Jerman, meskipun anggaran negara mengalami tekanan pada saat krisis euro dan pandemi Covid-19.

Kendati demikian, kembalinya Trump ke Gedung Putih, yang ditambah kritik Merz terhadap kurangnya anggaran pertahanan Jerman, dan serangan Wakil Presiden AS JD Vance terhadap negara-negara Eropa saat menunjukkan Jerman beberapa bulan lalu seakan mengubah segalanya.

Meski wacana pelonggaran pembatasan utang tersebut belum disahkan oleh parlemen, pelaku pasar telah memberi reaksi yang beragam seperti anjloknya obligasi Jerman dan melonjaknya kurs euro. 

Imbal hasil obligasi 10 tahun naik sebanyak 23 basis poin menjadi 2,73%, lonjakan terbesar sejak Juni 2022, sementara mata uang tunggal naik 0,6% menjadi US$1,0689 menuju kenaikan terbesar sejak akhir 2022.

Ekonom Bloomberg Martin Ademmer meyakini pelonggaran pembatasan utang itu bisa memberikan dorongan bagi perekonomian Jerman yang sedang terpuruk.

"Peningkatan belanja militer mungkin memberikan dorongan secara siklikal. Paket infrastruktur yang diusulkan dapat memberikan potensi peningkatan produksi yang signifikan dalam jangka panjang," ujar Ademmer.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper