Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Sebut Industri Tekstil Mulai Pulih Meski Pabrik Bertumbangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan bahwa industri tekstil dan alas kaki Indonesia mulai menunjukkan pemulihan.
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menerangkan kondisi pertumbuhan industri padat karya yaitu tekstil produk tekstil (TPT) dan alas kaki mulai pulih dan menjadi salah satu kontributor utama manufaktur. 

Pasalnya, pada periode 2024, industri TPT tumbuh di angka 4,3% year-on-year (yoy) atau meningkat dari tahun sebelumnya yang terkontraksi 2% yoy. Begitupun dengan industri alas kaki yang tumbuh hingga 6,8% tahun lalu atau naik dari sebelumnya 0,3% pada 2023. 

"Bahkan TPT yang walaupun ada berita perusahaan mengalami kebangkrutan, tapi TPT kita tumbuh 4,3% di tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya yang negatif 2%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita Maret 2025, Kamis (13/3/2025). 

Adapun, pertumbuhan kedua industri tersebut didorong oleh permintaan domestik dan ekspor. Sampai dengan Januari 2025, ekspor alas kaki tumbuh 17%, sedangkan tekstil tumbuh 3,8%.

Menurut dia, kondisi tersebut menunjukkan bahwa hingga akhir 2024, industri manufaktur yang menyerap tenaga kerja banyak seperti TPT dan alas kaki masih berada dalam kondisi yang baik. 

"Ini menggambarkan produksi dan aktivitas manufaktur indonesia tetap mampu bertahan dan bahkan cukup kuat. Dia bahkan bisa tumbuh," kata Sri Mulyani.

Tak hanya itu, dia juga menyoroti pertumbuhan sektor manufaktur seperti industri makanan dan minuman yang tumbuh 5,9% yoy atau naik dari tahun sebelumnnya 4,6% yoy didorong permintaan domestik. 

Industri kimia juga tumbuh hingga 5,9% yoy atau naik dari tahun sebelumnya 0,1% yoy pada 2023. Di sisi lain, industri elektronik tumbuh 6,2% yoy atau melambat dari tahun sebelumnya 13,7% yoy dan pertumbuhan industri logam dasar juga melambat dari 14,2% pada 2023 menjadi 13,3% pada 2024. 

"Ini yang berkontribusi kepada PMI manufaktur kita yang cukup ekspansi tinggi 53,6 [Februari 2025]. Kalau kita lihat kontributor semuanya positif kecuali yang ekspor agak di bawah 50, output-nya positif total permintaan positif 54,8 tenaga kerja 53, stok barang jadi 51, dan stok input produksi 54,1. Kalau punya input berarti dia mau memproduksi, ini hal yang sangat bagus, ini PMI situasi Februari 2025," pungkasnya. 

Untuk diketahui, sebelumnya industri tekstil dan alas kaki mengalami tekanan yang tercermin dari tumbangnya sejumlah perusahaan. Data Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) menunjukkan 60 pabrik tekstil memutuskan untuk tutup pabrik dalam 2 tahun terakhir yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 250.000 karyawan. 

Bahkan, raksasa tekstil sepert PT Sri Rejeki Isman atau Sritex Group juga tutup per 1 Maret 2025 yang membuat 10.000 lebih pekerjanya kena PHK. Belum lagi, dua industri alas kaki yang melakukan PHK 3.500 karyawan pada pabriknya di wilayah Banten pada awal tahun ini. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper