Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menlu AS Siap Negosiasi Kesepakatan Dagang Baru Setelah Tarif Berlaku

Menlu AS Marco Rubio mengatakan negaranya siap melakukan pembicaraan bilateral mengenai kesepakatan dagang baru dengan negara mitranya.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam sesi kerja para gubernur di Ruang Makan Kenegaraan Gedung Putih di Washington, DC, AS, Jumat, 21 Februari 2025. /Bloomberg-Francis Chung
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam sesi kerja para gubernur di Ruang Makan Kenegaraan Gedung Putih di Washington, DC, AS, Jumat, 21 Februari 2025. /Bloomberg-Francis Chung

Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat berencana membuka pembicaraan bilateral dengan berbagai negara mengenai kesepakatan dagang baru setelah memberlakukan tarif pada mitra dagang utamanya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio pada Minggu (16/3/2025), usai Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 200% terhadap impor anggur, cognac, dan minuman beralkohol lainnya dari Eropa.

Tarif baru ini memperluas ketegangan dalam perang dagang global yang telah mengguncang pasar keuangan dan meningkatkan kekhawatiran akan resesi.

Rubio menegaskan bahwa AS akan merespons negara-negara yang menerapkan tarif terhadapnya.

“Ini adalah kebijakan global. Bukan hanya terhadap Kanada, Meksiko, atau Uni Eropa, tetapi terhadap semua pihak,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Senin (17/3/2025).

Menurutnya, setelah tarif ini diberlakukan, AS berpotensi memulai negosiasi bilateral dengan berbagai negara guna merancang kesepakatan dagang baru yang lebih adil dan menguntungkan kedua belah pihak.

“Dari landasan baru yang lebih berkeadilan dan timbal balik ini, kita bisa memasuki diskusi perdagangan dengan negara-negara di seluruh dunia,” jelasnya.

Meski tidak memberikan rincian spesifik mengenai format kesepakatan tersebut, Rubio menegaskan bahwa AS akan mengatur ulang “garis dasar” perdagangan agar memperoleh perlakuan yang lebih adil.

“Kami tidak bisa mempertahankan status quo. Kami akan menentukan aturan baru, dan jika negara lain ingin bernegosiasi, kami siap membahasnya, Namun, situasi perdagangan saat ini tidak bisa dibiarkan berlanjut,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper