Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan negaranya dan anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan mengirim tim negosiasi ke Washington, D.C. untuk melakukan pembicaraan menyusul penerapan tarif global oleh Presiden Donald Trump.
“Mungkin ada ruang terbatas untuk meninjau kembali maksud yang mendasarinya, tetapi masih ada ruang untuk menyesuaikan penerapan kebijakan tersebut,” kata Anwar dalam pidato pembukaannya di Konferensi Investasi Asean 2025, dikutip dari Bloomberg pada Selasa (8/4/2025).
“Sistem perdagangan global sedang berada di bawah tekanan yang sangat kuat, lebih dari sebelumnya,” ujarnya.
Malaysia saat ini merupakan ketua kelompok Asean yang beranggotakan 10 negara kawasan. Anwar mengatakan selama akhir pekan akan memimpin upaya untuk mengoordinasikan tanggapan regional oleh Asia Tenggara terhadap tarif AS.
“Sebagai bagian dari diplomasi lunak kami untuk melakukan pendekatan diam-diam — dan saya membangun konsensus ini di antara para pemimpin Asean— kami akan mengirimkan pejabat kami bersama dengan rekan-rekan kami di ASEAN ke Washington untuk memulai proses dialog,” kata Anwar.
Memperhatikan bahwa blok tersebut menyumbang total perdagangan barang sebesar US$3,5 triliun, Anwar juga menyerukan lebih banyak kerja sama ekonomi internal, termasuk penyelarasan regulasi, kerja logistik lintas batas, dan konektivitas digital.
Baca Juga
“Dengan rentetan tarif yang melanda dunia dengan cepat dan dahsyat, kita menyaksikan terkikisnya tatanan global. Oleh karena itu, Asean harus lebih mengandalkan dirinya sendiri,” katanya.
Anwar, yang menjabat sebagai Menteri Keuangan Malaysia selama krisis keuangan Asia 1997–1998 hingga dia kehilangan dukungan dari Perdana Menteri Mahathir Mohamad saat itu, mengatakan “tarif Trump” bukanlah tantangan pertama bagi multilateralisme dan tidak akan menjadi yang terakhir.
“Jika Asean dapat menahan diri — tetap terbuka, pragmatis, dan kohesif — Asean mungkin akan menjadi salah satu kawasan terakhir yang percaya pada dunia yang bekerja lebih baik jika bekerja sama,” katanya.
Negara-negara Asia Tenggara sangat terdampak tarif timbal balik yang diluncurkan oleh Trump minggu lalu, meskipun tarif tersebut bervariasi tergantung pada hubungan dagang masing-masing negara dengan AS.
Malaysia menghadapi pungutan sebesar 24%; tarif AS untuk Indonesia ditetapkan sebesar 32%; dan ekspor Vietnam akan dikenakan tarif sebesar 46%. Tarif AS untuk Singapura ditetapkan sebesar 10%, sedangkan pungutan untuk Filipina akan sebesar 17%.