Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia mengedepankan dialog dan negosiasi dalam merespons pemberlakuan tarif timbal balik yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Di sisi lain, situasi perang dagang ini dapat menjadi momentum positif bagi Indonesia memperkuat kerja sama regionalnya.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti menilai penundaan tarif impor AS menjadi sinyal positif. Dia mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak melakukan tindakan Balasan atau retaliasi terhadap AS.
Dia menuturkan, Indonesia tidak menunjukkan protes berlebihan terkait tarif impor Trump. Dyah menyebut, Indonesia menghargai hubungan dengan AS sebagai salah satu mitra dagang terbesarnya
"Kita akan mengedepankan negosiasi. Justru ini menjadi sinyal yang baik, karena kita salah satu negara di Asean yang tidak melakukan retaliasi," katanya dalam diskusi publik CSIS Indonesia: Regional Response to Trump 2.0 di Jakarta pada Kamis (10/4/2025).
Dyah melanjutkan, dialog terbuka adalah jalan terbaik untuk menghindari eskalasi ketegangan perdagangan lebih lanjut. Melalui jalur diplomatik, Indonesia bertujuan untuk memperjelas cakupan kebijakan tarif timbal balik dan mengadvokasi perlakuan yang adil serta menyoroti biaya bersama dari tarif tersebut.
Baca Juga
"Hal ini tidak hanya bagi eksportir Indonesia tetapi juga bagi importir dan konsumen AS. Pendekatan kami akan melibatkan keterlibatan diplomatik formal baik di tingkat federal maupun negara bagian," katanya.
Pada acara yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menuturkan, kondisi ketidakpastian akibat tarif Trump dapat menjadi peluang positif bagi Indonesia untuk memperkuat kerja sama di kawasannya, yakni Asia Tenggara.
Dia menjelaskan, kontribusi AS terhadap perdagangan global adalah sekitar 15,5%, sedangkan pada bidang jasa sekitar 14%. Artinya, lebih dari 80% dari perdagangan global dikontribusikan oleh negara-negara lain.
Arif melanjutkan, nilai perdagangan global AS mencapai sekitar US$400 miliar. Sementara itu, total perdagangan antara negara-negara Asean pada 2024 sebesar US$759 miliar.
"Itu berarti bahwa perdagangan inter-Asean sebenarnya berjalan sangat baik, dibandingkan dengan jumlah yang disumbangkan AS di tingkat global. Ini menjadi momen baik, setidaknya di Asean, untuk terus meningkatkan kerja sama," kata Arif.
Dia menuturkan, selain antarnegara Asean, kerja sama perdagangan antardaerah negara-negara Asean juga perlu dikembangkan. Arif mencontohkan, daerah Sabah di Malaysia saat ini memiliki hubungan dagang yang erat dengan sejumlah provinsi Indonesia, di antaranya Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Arif menuturkan, Indonesia akan terus berupaya mengembangkan dan memperbarui border trade agreement dengan negara-negara tetangganya.
"Kita perlu melihat kemungkinan, cara, dan sarana untuk memperdalam kerja sama seperti itu untuk membangun kemandirian regional strategis di mana kita tidak boleh bergantung pada unsur-unsur eksternal," ujar Arif.
Sementara itu, Dyah menambahkan, perwakilan Pemerintah Indonesia akan segera bertolak ke Washington D.C. pekan depan untuk bernegosiasi dengan AS.
Dia menuturkan, tim Indonesia akan diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Luar Negeri Sugiono.
Meski demikian, Dyah tidak memperinci secara detail waktu pasti Delegasi Indonesia akan berangkat ke AS. "Kita tunggu saja update ke depannya dari mereka, Insya Allah berjalan dengan lancar," katanya.