Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Pertimbangkan Pengecualian Tarif untuk Sejumlah Negara

Presiden AS Donald Trump memberi sinyal terkait kemungkinan beberapa pengecualian terkait pengenaan tarif impor baru kepada para mitra dagang AS.
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang telah ditandatangani saat pengumuman tarif di Rose Garden, Gedung Putih, Washington, DC, AS, pada hari Rabu (2/4/2025). Trump memberlakukan tarif pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang telah ditandatangani saat pengumuman tarif di Rose Garden, Gedung Putih, Washington, DC, AS, pada hari Rabu (2/4/2025). Trump memberlakukan tarif pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan pihaknya dapat menawarkan beberapa pengecualian terkait pengenaan tarif impor baru kepada para mitra dagang AS.

Pekan ini, Trump telah mengumumkan tarif minimum 10% dan tarif resiprokal yang lebih tinggi ke sejumlah negara. Meski akan ada beberapa pengecualian, Trump menekankan bahwa tarif minimum 10% tetap berlaku.

"Mungkin ada beberapa pengecualian karena alasan yang jelas, tetapi saya akan mengatakan 10% adalah batas bawah," kata Trump dikutip dari Bloomberg, Sabtu (12/4/2025).

Namun, dia tak memerinci alasan dan syarat pengecualian yang dimaksud.

Adapun, kebijakan tarif Trump telah membuat pasar global bergejolak pada pekan ini. Beberapa negara pun merespons tarif Trump dengan negosiasi. Namun, China memilih memberikan tarif balasan.

Alahasil, Negeri Tirai Bambu pun menaikkan tarif impor untuk semua barang AS menjadi 125%, sementara AS mengenakan tarif kepada China sebesar 145%.

Belakangan, Trump menangguhkan kebijakan tarif resiprokal itu, kecuali untuk China, hingga 90 hari ke depan. Hal ini dilakukan sebagai tanggapan atas pendekatan dari puluhan negara mitra.

Di satu sisi, kebijakan Trump memang membuat kegaduhan untuk ekonomi global. Langkah Trump menimbulkan ketidakpastian bagi negara-negara, investor, dan bisnis yang bergulat dengan kebijakan perdagangannya.

Selain itu, imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun turun jauh pada perdagangan Jumat (11/4/2025). Namun, Trump tampak meremehkan kekacauan pasar.

Dia mengeklaim pasar masih solid. Trump juga yakin dolar AS masih menjadi menjadi mata uang pilihan.

"Jika suatu negara mengatakan kita tidak akan bergantung pada dolar, saya akan memberi tahu Anda bahwa dalam satu panggilan telepon mereka akan kembali bergantung pada dolar. Anda harus selalu mempertahankan dolar," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper