Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengungkap transaksi ritel melalui program Belanja di Indonesia Aja (BINA) Lebaran 2025 hanya mampu mengantongi nilai Rp32 triliun.
Program BINA Lebaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya saing masyarakat menjelang Lebaran dan dapat meningkatkan produk-produk UMKM.
Nilai transaksi ritel dalam program BINA Lebaran 2025 jauh dari target yang diharapkan dapat mencapai Rp36,3 triliun.
Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah menyebut banyaknya peraturan yang kurang kondusif terhadap peritel menjadi salah satu biang kerok tak tercapainya target nilai transaksi ritel dalam program BINA Lebaran 2025.
Dia mengungkap, peritel merasa kesulitan dalam menjual barang lantaran tidak memiliki stok barang yang cukup. Terhambat importasi.
“Sebenarnya karena banyaknya peraturan yang kurang kondusif. Dalam arti, mau berusaha itu barangnya kosong, beragam barang kurang banyak. Karena di ritel kita ini kan butuh barang. Toko yang gede, barangnya nggak banyak,” ungkapnya saat ditemui seusai acara Indonesia Investment Summit, Jakarta, Selasa (15/4/2025)
Baca Juga
Padahal, Budihardjo mengungkap peritel sangat membutuhkan barang untuk bisa semakin gencar melakukan promosi. Dia pun menyebut importasi merupakan akar dari masalah ini.
“Kita butuh barang. Kalau promosi kan harus stoknya cukup, ini nggak ada stoknya. Karena masalah impor juga ya,” tuturnya.
Untuk itu, dia meminta agar pemerintah mempermudah importasi untuk para peritel, salah satunya dengan memberikan keran impor tanpa kuota.
“Harusnya diberikan kemudahan berusaha. Misalnya mau import, kalau tokonya jelas, bayar pajak, impor, dikasih saja. Ini mau impor malah dikuota. Jadi orang dagang ada duit, mau beli barang nggak bisa beli,” terangnya.
Di samping itu, Budihardjo mengungkap daya beli masyarakat yang melemah juga membuat nilai transaksi BINA Lebaran 2025 tak mencapai target.
Apalagi, daya beli berkaitan dengan kenyamanan dan kepercayaan masyarakat. Terlebih saat ini, masyarakat masih takut dan menahan belanja.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan para peritel dapat mengantongi transaksi senilai Rp36,3 triliun selama momentum Ramadan 2025 melalui program BINA Lebaran.
“Targetnya [transaksi] naik 15% dari sebelumnya Rp25,4 triliun. Nah targetnya menjadi sekitar Rp36,3 triliun, jadi [naik] 15%,” kata Budi saat ditemui di Sarinah, Jakarta, Rabu (5/3/2025).
“Ini salah satu cara bagaimana kita memberdayakan UMKM. Salah satu fasilitasnya adalah bagaimana mempromosikan produk-produk UMKM sehingga mempunyai daya saing dan kita semakin cinta, bangga, dan beli buatan Indonesia,” ungkapnya.
Program yang bergulir sejak 14–31 Maret 2025 ini hanya mampu meraup nilai transaksi Rp32 triliun.
“Kemarin kami lapor itu di Rp32 triliun selama dua minggu [sebelum Lebaran] yang program BINA, Belanja di Indonesia Aja, yang dari tanggal 14–31 Maret itu [nilai transaksi] Rp32 triliun,” kata Budihardjo.
Kendati demikian, Budihardjo mengungkap perawatan pribadi (personal care) merupakan produk dengan penjualan yang mengalami kenaikan yang didorong dari penjualan secara daring (online).