Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merenungkan Kembali Gagasan Ekonomi Berkeadilan Paus Fransiskus

Paus Fransiskus menginisiasi tata kelola ekonomi lebih berkeadilan melalui prinsip Economy of Francesco: dari pemerataan teknologi hingga penghapusan Tax Haven.
Paus Fransiskus melambaikan tangan saat memimpin audiensi mingguan di Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Rabu (6/3/2024). / Bloomberg-Alessia Pierdomenico
Paus Fransiskus melambaikan tangan saat memimpin audiensi mingguan di Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Rabu (6/3/2024). / Bloomberg-Alessia Pierdomenico

Bisnis.com, JAKARTA — Pemimpin Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 tahun pada Senin (21/4/2025). Dia meninggalkan berbagai pemikiran penting, yang salah satunya gagasan tata kelola ekonomi baru yang lebih berkeadilan, yaitu Ekonomi Fransiskus (Economy of Francesco).

Pria yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio itu memang dikenal dengan kesederhanaannya. Saat mengunjungi Indonesia pada 3—5 September 2024 misalnya, Paus hanya mengendarai pesawat komersial, mobil seadanya, dan menolak tawaran menginap di hotel bintang lima.

Sejak menjadi Uskup Agung Buenos Aires, Paus Fransiskus memang sudah kerap dikenal akan komitmennya terhadap keadilan sosial. Dia bahkan tak segan mengkritisi praktik ekonomi dewasa ini yang dinilai semakin sengsarakan kaum papa, alias mereka yang miskin dan terpinggirkan.

Dia bahkan mengundang para anak muda dari berbagai negara untuk membuat gerakan tata kelola ekonomi baru. Pertemuan ratusan kaum muda dari 115 negara itu terjadi pada 19—21 November 2020.

Berpusat di Assisi, Italia—sekitar 178 kilometer dari pusat Ibu Kota Roma, mereka menyusun gerakan tata kelola ekonomi baru. Pertemuan tersebut dikenal sebagai ‘Ekonomi Fransiskus’, mengacu kepada nama Santo Fransiskus dari Assisi (1881—1226)—penginjil yang dikenal hidup dalam kemiskinan, yang juga dipakai Paus Fransiskus sebagai panggilan kepausannya.

Terkait pertemuan tersebut, Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran Perantau Konferensi Waligereja Indonesia (KKPPMP KWI) Marthen Jenarut berpendapat bahwa notabenenya Paus Fransiskus tidak menawarkan satu sistem ekonomi.

Paus Fransiskus hanya menginisiasi gerakan tata kelola ekonomi yang lebih berkeadilan. Menurut Marthen, teks penting dalam ajakan keadilan ekonomi ala Paus Fransiskus ada dalam ensiklik atau surat amanat Laudato Si.  

“Sistem ekonomi harus sepenuhnya terarah kepada prinsip-prinsip moral seperti kesejahteraan umum, keadilan, ramah lingkungan, solidaritas, dan subsidiaritas,” jelas Marthen kepada Bisnis, Rabu (4/9/2024).

Apa itu Ekonomi Fransiskus?

Inisiatif gerakan tata ekonomi baru dimulai dari ruang kerja Paus Fransiskus di Vatikan. Pada 1 Mei 2019—bertepatan pada Hari Buruh Internasional sekaligus Hari Peringatan Santo Yusuf Pekerja, Paus Fransiskus menulis sebuah surat ajakan untuk para ekonom dan wirausaha muda di berbagai penjuru dunia.

Dalam pembukaan suratnya, Paus menyatakan keinginannya untuk berjumpa dengan ”mereka yang saat ini menyusun serta mulai mempelajari dan menerapkan suatu ekonomi yang berbeda.” (Ekonomi Fransiskus: Membangun Narasi akan Tata Ekonomi Baru, Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia, 2020).

“Ekonomi yang memberi kehidupan dan bukannya membunuh, melibatkan dan bukan menyingkirkannya, memanusiawikan dan bukan merendahkan, peduli pada lingkungan dan bukan merusaknya,” tulis Paus.

Dia berpendapat, sistem ekonomi dunia yang berlaku saat ini bermasalah secara struktural sehingga sebabkan bermasalah masalah seperti kerusakan lingkungan hingga semakin sengsaranya kaum papa.

Oleh sebab itu, Paus Fransiskus mendorong tata kelola ekonomi baru yang lebih memberi penghargaan atas lingkungan, hak generasi masa depan, martabat kaum pekerja, dan kesetaraan sosial.

Pada 21 November 2020—hari terakhir Pertemuan Ekonomi Fransiskus, Paus turut memberikan sambutan kepada ratusan peserta. Dia kembali menekankan bahwa sistem ekonomi dunia dewasa ini tidak berkelanjutan.

“Berbagai kebijakan mengandaikan kita dapat memperhitungkan ketersediaan sumber-sumber daya yang absolut, tak terbatas, dan tanpa kepedulian,” nilai Paus.

Dalam sistem tersebut, sambungnya, kaum miskin menjadi yang pertama dilukai sekaligus dilupakan. Kaum miskin seakan dipandang bukan bagian dari masyarakat.

Paus Fransiskus pun mengajak kaum muda untuk menciptakan budaya baru. Dia ingin agar kaum papa harus menjadi penggerak ekonomi, bukan sekadar diikutsertakan.

Bahkan, Paus mengajak para profesional belajar dari kaum papa untuk merancang suatu model ekonomi yang menguntungkan semua orang tanpa terkecuali. Singkatnya, kaum miskin bukan sekadar objek namun juga subjek.

Paus Fransiskus melambaikan tangan dari dalam mobil setelah tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang pada Selasa (3/9/2024). / Reuters-Guglielmo Mangiapane
Paus Fransiskus melambaikan tangan dari dalam mobil setelah tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang pada Selasa (3/9/2024). / Reuters-Guglielmo Mangiapane

“Panggilan ini lebih daripada sekadar kata-kata kosong, kaum miskin dan tersingkir adalah orang-orang yang nyata. Daripada melihat mereka dari sudut pandang teknis dan fungsional belaka, inilah saat untuk membiarkan mereka menjadi pelaku utama dalam kehidupan mereka sendiri serta dalam tatanan masyarakat secara keseluruhan. Marilah kita tidak berpikir tentang mereka, namun bersama mereka,” ujar Paus.

Dia mendorong agar setiap program ditujukan untuk melayani sesama. Dengan demikian, berbagai kebijakan harus mengurangi kesenjangan, menghapus diskriminasi, dan membebaskan orang-orang dari ikatan perbudakan.

Pertumbuhan ekonomi, ujar Paus, tidak sekadar untuk pembagian hasil yang lebih adil dan pengembangan teknologi. Di atas itu semua, pertumbuhan ekonomi harus ditujukan untuk perkembangan seluruh umat manusia.

“Ukuran kemanusiaan sejati pada dasarnya tergantung pada relasi dengan penderitaan serta penderita. Hal ini berlaku baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Ukuran kemanusiaan: suatu ukuran yang mesti diwujudkan dalam keputusan-keputusan dan model-model ekonomi kita,” tegasnya.

Hasil Pertemuan Economy of Francesco

Setelah berunding selama tiga hari, ratusan kaum muda dan pemikir dari penjuru sudut dunia akhirnya mencapai 12 poin kesepakatan.

Latar belakang mereka berbeda-beda: dari ekonomi, politik, sosiologi, teknik, filsafat, hingga teologi. Sejumlah pemikir beken juga turut hadir seperti peraih nobel perdamaian dari Bangladesh Muhammad Yunus, ekonom tersohor Amerika Serikat Jeffrey Sachs, dan teolog pembebasan dari Brasil Leonardo Boff.

Mereka sepakat perlunya tata kelola ekonomi yang baru, yang tidak lagi meninggalkan kaum miskin. Oleh sebab itu, mereka mendorong sejumlah kesepakatan.

12 Poin Kesepakatan Ekonomi Fransiskus:

Pertama, kekuatan besar dunia serta lembaga ekonomi dan keuangan memperlambat aktivitasnya untuk membiarkan bumi bernafas. Kedua, penyebaran perkembangan teknologi maju ke seluruh dunia sehingga negara-negara berpendapat rendah bisa menjalankan praktik produksi berkelanjutan.

Ketiga, berbagai persoalan pengelolaan kepentingan umum seperti udata, hutan, laut, tanah, dan sumber daya alam lainnya menjadi perhatian utama dari kebijakan pemerintah, pelaku bisnis, hingga sekolah.

Keempat, ideologi-ideologi perekonomian tak digunakan untuk menyerang kaum miskin, minoritas, dan kaum marjinal lainnya. Kelima, hak untuk pekerjaan yang layak bagi semua sehingga negara harus melarang pilihan bisnis yang mengeksploitasi kaum yang tidak beruntung.

Keenam, tax holiday alias kebijakan surga pajak di seluruh dunia harus dihapuskan. Ketujuh, penciptaan lembaga-lembaga keuangan global baru dan perbaruan Bank Dunia-Dana Moneter Internasional agar lebih demokratis serta inklusif.

Kedelapan, perusahaan dan bank global mengajukan suatu komite etik independen dengan hak veto terkait lingkungan dan keadilan bagi kaum miskin. Kesembilan, lembaga nasional dan internasional mendukung wirausahawan inovatif dalam konteks lingkungan, sosial, dan paling tidak keberlanjutan.

Sepuluh, negara, perusahaan, dan lembaga internasional harus menyediakan kualitas pendidikan bagi setiap perempuan serta anak-anak di seluruh dunia. Ke-11, pekerja perempuan harus memiliki kesempatan yang sama sebagaimana pekerja laki-laki.

Ke-12 alias terakhir, kaum muda memohon komitmen dari setiap pemegang kepentingan agar tidak lagi menciptakan perang.

“Kami memohon, memohon dan memohon lagi, sebab apa yang tampaknya tidak mungkin saat ini akan terasa tidak terlalu sulit pada hari esok berkat komitmen serta keteguhan kita. Anda kaum dewasa yang mengontrol ekonomi dan bisnis telah berbuat banyak bagi kami kaum muda, namun Anda dapat berbuat lebih banyak lagi,” tutup deklarasi Ekonomi Fransiskus tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper