Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap sejumlah negara seperti Jepang dan Malaysia tengah kekurangan pasokan beras. Kurangnya stok telah menyebabkan harga komoditas ini melambung di negara tersebut.
Amran mengatakan, saat ini harga beras di Jepang mencapai sekitar Rp93.000 per kilogram (kg) hingga Rp100.000 per kg. Kondisi serupa juga terjadi di Malaysia.
Orang nomor satu di Kementerian Pertanian (Kementan) itu menyebut, Malaysia saat ini hanya mampu memenuhi sekitar 40%-50% kebutuhan beras di negaranya.
“Semua kekurangan beras. Malaysia hanya memenuhi kebutuhannya 40%-50%,” ungkap Amran kepada wartawan di Kantor Kementan, Selasa (22/4/2025).
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Amran menuturkan, stok beras yang ada per hari ini mencapai 3,3 juta ton. Stok tersebut diperkirakan terus bertambah pada musim panen Mei 2025.
Amran memperkirakan, stok beras nasional dapat tembus 4 juta ton pada Mei 2025. Menurutnya, pasokan beras 4 juta ton tidak pernah terjadi selama Indonesia merdeka.
Baca Juga
“Kemungkinan di Mei itu masuk 4 juta ton dan itu tidak pernah terjadi selama merdeka. Ini kerja keras kita semua,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, produksi beras dalam negeri diproyeksi cukup bagus tahun ini.
Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Februari 2025, total produksi padi pada Januari-Mei 2025 diperkirakan mencapai 34,47 ton GKP.
Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi masyarakat, produksi beras sementara mencapai sekitar 16,62 juta ton beras pada periode Januari-Mei 2025.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,83 juta ton beras atau 12,40% dibandingkan produksi beras pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 14,78 juta ton beras.
Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori sebelumnya mengatakan, produksi tahun ini memiliki pola yang mirip dengan pola produksi di 2022, dengan puncak produksi terjadi pada Maret.
“Ini berbeda dengan pola produksi tahun lalu yang puncak panennya di April,” kata Khudori kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).
Dia mengatakan, produksi yang cukup baik ini didukung oleh iklim cuaca yang normal. Khudori merujuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, cuaca tahun ini diperkirakan normal.
Dengan demikian, besar kemungkinan di bulan-bulan berikutnya, produksi juga tidak tertekan seperti 2023 imbas adanya fenomena El Nino.
Melihat kondisi tahun ini, Khudori meyakini produksi tahun ini lebih besar dibanding tahun lalu.
Merujuk data KSA BPS, produksi beras pada 2024 untuk konsumsi pangan masyarakat mencapai 30,62 juta ton. Jumlah tersebut turun sebanyak 480.040 ton atau 1,54% dibanding produksi beras di 2023 yang mencapai 31,10 juta ton.
Khudori mengatakan, produksi di 2024 merupakan yang terendah dalam 7 tahun terakhir.
Sementara itu, Khudori memperkirakan bahwa produksi beras tahun ini tak jauh berbeda dengan produksi di 2022. Masih merujuk data KSA BPS, produksi beras di tahun tersebut mencapai sekitar 31,54 juta ton, atau naik sebesar 184,50 ribu ton atau 0,59% dibandingkan produksi beras di 2021.
“Perkiraan saya, produksi tahun ini tak jauh dari produksi 2022,” ujarnya.