Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia melaporkan bahwa transaksi QRIS terus meningkat hingga Maret 2025, atau di tengah komplain Amerika Serikat terhadap sistem pembayaran RI.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada kuartal I/2025 tetap tumbuh didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.
“Volume transaksi pembayaran digital melalui QR Indonesian Standard [QRIS] tetap tumbuh tinggi sebesar 169,15% year on year [YoY], didukung peningkatan jumlah pengguna dan merchant,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (23/4/2025).
Secara umum, BI juga mencatat bahwa pembayaran digital hingga bulan ketiga tahun ini mencapai 10,76 miliar transaksi atau tumbuh 33,50% (YoY).
Selain QRIS, komponen transaksi lainnya seperti aplikasi mobile banking tumbuh 34,51% (YoY) dan internet banking naik 18,89% (YoY) sepanjang periode yang sama.
Adapun, BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga acuan alias BI Rate di level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility ditetapkan di posisi 5,00% dan suku bunga Lending Facility tetap 6,50%.
Baca Juga
Perry mengatakan keputusan suku bunga ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%.
Berdasarkan catatan Bisnis, AS melayangkan sejumlah keluhan terkait sistem pembayaran di Indonesia yang dinilai menjadi kontributor penghambat perdagangan kedua negara.
Keluhan tersebut tertulis dalam National Trade Estimate (NTE) Report on Foreign Trade Barriers 2025, yang terbit pada 31 Maret alias beberapa hari menjelang Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor resiprokal terhadap negara-negara di dunia.
Tidak hanya QRIS, pemerintah Negeri Paman Sam juga menyoroti penerapan Gerbang Pembayaran Nasional alias GPN oleh BI.