Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INACA Respons Potensi Akuisisi Pesawat Boeing yang Ditolak China

Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menanggapi peluang maskapai nasional untuk mengakuisisi pesawat Boeing yang batal dikirim ke China
Boeing 737 MAX. Dok Boeing
Boeing 737 MAX. Dok Boeing

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menanggapi peluang maskapai nasional untuk mengakuisisi pesawat Boeing yang batal dikirim ke maskapai-maskapai asal China. 

Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto menyebut bahwa hal tersebut bisa menjadi opsi untuk menambah armada. Namun, proses akuisisi pesawat baru dari pabrikan seperti Boeing tidak sesederhana membeli kendaraan atau alat produksi lainnya.

“Pesawat yang batal dibeli oleh maskapai A belum tentu cocok spesifikasi dan konfigurasinya untuk maskapai B,” ujarnya dalam keterangan kepada media, dikutip Jumat (25/4/2025).

Bayu menjelaskan bahwa untuk membeli atau menyewa pesawat, termasuk yang baru ataupun bekas, dibutuhkan proses yang kompleks, termasuk tahap entry into service (EIS), perizinan, serta sertifikasi dari otoritas penerbangan sipil.

Selain itu, menurut Bayu, pabrikan maupun perusahaan leasing akan melakukan penilaian terhadap kapabilitas operator penerbangan. Penilaian ini meliputi kualifikasi awak, sistem pelatihan, hingga kemampuan perawatan pesawat, meskipun maskapai yang bersangkutan memiliki kapasitas finansial.

“Jadi tidak sesimpel dipindahkan segera bila ada yang membatalkan akuisisinya,” tegas Bayu.

INACA juga menyoroti kondisi finansial maskapai nasional yang hingga kini belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari belum adanya pengumuman pemesanan pesawat baru dari pabrikan oleh maskapai Indonesia. Jumlah pesawat yang dioperasikan oleh maskapai nasional pun saat ini masih di bawah angka sebelum pandemi. 

Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi membuka kemungkinan bagi maskapai Indonesia untuk membeli pesawat Boeing yang sebelumnya dikembalikan oleh maskapai-maskapai asal China. Pemerintah menyerahkan sepenuhnya keputusan tersebut kepada masing-masing operator penerbangan.

Menhub Dudy menyatakan bahwa selama maskapai penerbangan menilai opsi pembelian tersebut menguntungkan dan sesuai dengan kebutuhan operasional mereka, maka langkah tersebut bisa diambil. Terlebih, kebutuhan akan penambahan armada pesawat di Indonesia masih cukup tinggi.

“Ya kita serahkan ke airlines. Kalau airlines memandang bahwa dengan kondisi mereka bisa mendatangkan pesawat atau bisa memanfaatkan situasi, mungkin bagus karena kita kan memang masih membutuhkan pesawat yang lebih banyak,” kata Dudy di Jakarta, Rabu (23/4/2025).

Seperti yang diketahui, sebelumnya dua pesawat Boeing 737 MAX kembali diterbangkan ke Amerika dari China beberapa waktu lalu akibat meningkatnya perang dagang di antara kedua negara. 

Mengutip Reuters, CFO Boeing Brian West mengatakan bahwa China mewakili sekitar 10% dari total pesanan pesawat komersil Boeing. Boeing telah merencanakan untuk mengirimkan sekitar 50 pesawat baru ke China selama sisa tahun ini, kata West, dan sedang menilai opsi untuk memasarkan kembali 41 pesawat yang sudah dibuat atau sedang dalam proses.

Menanggapi hal tersebut, India melalui Air India Ltd, serta Malaysia melalui Malaysia Aviation Group (MAG) dikabarkan berminat menampung pesawat-pesawat Boeing yang dikembalikan oleh maskapai China tersebut. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper