Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi China Perlemah Posisi Negosiasi Indonesia dengan AS?

Investasi dari China dikhawatirkan menimbulkan persepsi bahwa Indonesia pintu ekspor bagi China, sehingga berdampak pada proses negosiasi yang sedang berjalan
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat mewanti-wanti adanya ancaman di balik ramainya investor asing asal China yang berminat menanamkan investasi dengan membangun pabrik di Tanah Air. Hal ini mengingat proses negosiasi AS yang akan mengenakan tarif resiprokal ke Indonesia.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menilai pemerintah harus membuktikan Indonesia bukan menjadi pintu ekspor perdagangan China untuk masuk ke AS.

Apalagi, kata dia, Indonesia masih menunggu negosiasi antara AS—China dan negosiasi AS—Indonesia. Sebab, Negara Paman Sam itu memutuskan untuk menunda tarif resiprokal selama 90 hari atau 3 bulan ke depan.

“Indonesia juga harus membuktikan bahwa negara kita itu tidak menjadi transhipment dari China, artinya kita harus membuktikan bahwa Indonesia bukan pintu China masuk ke AS,” kata Andry kepada Bisnis, Rabu (7/5/2025).

Menurutnya, jika Indonesia bisa membuktikan hal tersebut, maka ada peluang Presiden Trump akan menurunkan tarif resiprokal terhadap Indonesia. Untuk itu, Andry meminta agar pemerintah berhati-hati jika ada investasi asing yang masuk ke Indonesia, termasuk dari China.

“Karena tarif resiprokal itu diberikan karena ketakutan akan berpindahnya pabrik dan pusat produksi dari China ke Indonesia,” tuturnya.

Di samping itu, Andry menyebut pemerintah juga harus menjaga dan memproteksi pasar dalam negeri agar tak terjadi banjir impor barang dari China.

Pasalnya, sambung dia, China mengalami penurunan ekonomi selama tiga tahun terakhir, imbas Negeri Tirai Bambu yang sulit mengkonsumsi produk dalam negeri. Alhasil, produk China membanjiri pasar Indonesia, bahkan melalui jalur ilegal.

Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) sebelumnya mengungkap sejumlah investor yang mayoritas berasal dari China tertarik menanamkan modal dengan membangun pabrik di Indonesia.

Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan kebijakan Trump yang menunda pengenaan tarif selama 90 hari membuat investor asing berbondong-bondong tertarik untuk menanamkan investasinya.

“Sekarang sudah banyak [investor asing] yang datang untuk bikin pabrik. Peluangnya banyak, karena Indonesia tarifnya nggak terlalu mahal selama 90 hari ini,” ujar Budihardjo saat ditemui di Kantor Kementerian UMKM, Jakarta, Selasa (6/5/2025).

Adapun, pabrik yang dibangun investor asing mencakup di hampir semua lini sektor, termasuk produk plastik, elektronik, hingga makanan.

Dia juga mengungkap para investor asing sudah membawa delegasi untuk bekerja sama membuat pabrik di Indonesia. Dia pun mengestimasi investasi ini akan dimulai dalam empat tahun ke depan.

“Mereka sudah ingin nyari partner dan kalau langsung besok jadi, artinya mungkin dalam 3–4 tahun inilah mereka akan mulai investasi,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper