Bisnis.com, JAKARTA — Saham produsen peralatan militer China melonjak setelah adanya dugaan Pakistan menggunakan senjata buatan Negeri Tirai Bambu untuk menjatuhkan jet tempur India.
Melansir CNBC International pada Jumat (9/5/2025) Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar mengklaim pada Rabu (7/5/2025) lalu bahwa Pakistan mengerahkan jet tempur J-10C buatan China dalam bentrokan dengan angkatan udara India, menurut media pemerintah setempat.
AVIC, melalui anak perusahaannya AVIC Chengdu Aircraft Industry Co., Ltd., memproduksi jet tempur J-10C yang dilaporkan digunakan oleh Pakistan dalam konflik baru-baru ini. Anak perusahaan lainnya, AVIC Aerospace, yang memproduksi pesawat militer dan helikopter, mengalami kenaikan saham yang tercatat di Hong Kong lebih dari 6%.
Sementara itu, saham AVIC Chengdu Aircraft yang tercatat di Shenzhen melonjak 17,05% pada Rabu (7/5/2025), yakni hari Pakistan mengirimkan pesawat dalam konflik dengan India—menandai kenaikan paling signifikan saham itu sejak Oktober lalu.
Kenaikan saham AVIC Chengdu Aircraft berlanjut pada Kamis (8/5/2025), dengan reli mencapai 20,01%. Namun demikian, pada perdagangan hari ini, Jumat (9/5/2025) saham itu turun 3,99%.
Sementara itu, Saham China State Shipbuilding Corporation, yang membangun kapal militer dan sipil, naik tipis 0,4%.
Baca Juga
“Pakistan adalah pembeli senjata China terbesar, termasuk jet tempur, sistem pertahanan udara, kapal angkatan laut, dan UAV,” kata peneliti asosiasi di S. Rajaratnam School of International Studies, Yang Zi.
Lebih dari 60% ekspor senjata China dikirim ke Pakistan antara tahun 2020 dan 2024, menurut data dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.
"Sangat mungkin Pakistan menggunakan pesawat China," kata presiden departemen pertahanan dan keamanan di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Seth Jones.
Yang Zi mengatakan bahwa konflik tersebut menjadi bukti positif bagi kualitas senjata buatan China, mengingat kinerja jet tempur dan sistem pertahanan udara Pakistan terhadap pesawat buatan Prancis dan Soviet milik India.
Dia menambahkan, meskipun tidak jelas apakah serangan tersebut melibatkan pertempuran udara-ke-udara atau serangan rudal darat-ke-udara, hal ini tetap menunjukkan bahwa Pakistan memiliki "beberapa kemampuan yang berhasil, dengan dukungan China."
Sementara itu, melansir Kantor Berita Anadolu, kabar militer Pakistan yang berhasil menjatuhkan pesawat India yang dibuat perusahaan asal Prancis, Rafale, turut memberi sentimen positif bagi saham-saham pertahanan lintas Asia.
Tercatat, perusahaan Korea Selatan Hanwha Aerospace dan HLB Co naik masing-masing 8,8% dan 2,4% pada perdagangan Rabu lalu, sementara saham Mitsubishi Heavy yang berbasis di Jepang naik 1,9%.
Saham HD Hyundai Heavy Industries Co. Korea Selatan melonjak 1,7%, , sementara Singapore Technologies Engineering 1,3%,
Sebaliknya, perusahaan pertahanan AS dan Eropa mengalami penurunan tajam, yang mencerminkan penurunan sentimen investor.
Meski saham sejumlah perusahaan seperti Harris Technologies, Lockheed Martin, Boeing, dan Northrop Grumman menguat, saham General Dynamics yang berbasis di AS turun 0,4%, RTX Corporation turun 0,5%, dan perusahaan Prancis Safran turun 0,5%. Nilai saham perusahaan pertahanan Jerman Rheinmetall AG juga anjlok 0,7%, dan perusahaan penerbangan Eropa Airbus turun 1,3%.
Pada saat yang sama, saham perusahaan yang berbasis di Inggris Rolls-Royce dan BAE Systems turun masing-masing 2% dan 2,3%, sementara perusahaan Jerman Lufthansa Lufthansa turun 3,9%, dan Dassault Aviation yang berbasis di Prancis turun 5,2%.