Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Jor-joran Impor Konsentrat Tembaga, Pecah Rekor 3 Tahun Terakhir

Impor konsentrat tembaga China naik menjadi hampir 3 juta ton pada April 2025, rekor dalam 3 tahun terakhir.
Seorang pekerja memegang bongkahan bijih tembaga. Bloomberg/Zinyange Auntony.
Seorang pekerja memegang bongkahan bijih tembaga. Bloomberg/Zinyange Auntony.

Bisnis.com, JAKARTA - Impor konsentrat tembaga China naik menjadi hampir 3 juta ton pada April 2025. Jumlah ini merupakan rekor dalam 3 tahun terakhir.

Melansir Bloomberg, Selasa (13/5/2025), derasnya impor konsentrat tersebut berpotensi mengurangi tekanan harga di pasar domestik China dan menjadi angin segar bagi smelter China yang memperebutkan ketersediaan bahan baku.

Biaya pengolahan konsentrat (treatment charge) spot di smelter global berada di titik terendah, sebuah kejatuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh melesatnya ekspansi kapasitas smelter, sementara pasokan bijih tembaga global kurang.

Smelter-smelter tembaga mayoritas terkonsentrasi di China, di mana produksi tembaga olahan telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa meskipun ada komitmen untuk mengendalikan produksi demi menyelamatkan margin.

Dalam konteks ini, kemampuan China untuk mengamankan konsentrat tembaga dalam jumlah besar akan menjadi dorongan yang baik untuk industri ini. Permintaan domestik untuk tembaga telah terbukti sangat tangguh di tengah ekonomi yang melambat, sementara persaingan untuk mendapatkan pasokan telah memanas karena Amerika Serikat (AS) menarik lebih banyak logam menjelang diberlakukannya kebijakan tarif Trump.

“Pabrik peleburan China lebih siap tahun ini,” kata Li Chengbin, seorang analis dari Mysteel Global.

Dia mengatakan bahwa industri smelter China telah terbantu oleh ketersediaan konsentrat tambahan dari tambang raksasa yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia. Freeport telah mendapat persetujuan perpanjangan ekspor konsentrat dari pemerintah Indonesia pada Maret 2025 setelah terhenti selama 2 bulan.

Penghentian produksi smelter Glencore Plc di Filipina - yang merupakan korban dari jatuhnya tarif fee pengolahan - juga akan memberikan ruang pasokan lebih untuk China.

Sementara itu, biaya pengolahan terus merosot karena permintaan dari smelter di seluruh dunia melebihi pasokan. Biaya pengolahan spot telah terkontraksi sejak Desember 2024 - yang berarti pabrik-pabrik membayar untuk memproses bijih - dan pada Jumat (9/5/2025) mencapai -$57,50 per ton, turun dari -$52,80 pada akhir April 2025.

Adapun, Freeport telah mendapatkan kuota ekspor konsentrat tembaga sebesar 1,4 juta wet ton yang berlaku hingga 16 September 2025. 

Relaksasi perpanjangan ekspor diberikan karena Freeport mengalami kondisi force majeur dari smelter baru mereka di Gresik, Jawa Timur yang terbakar pada Oktober 2024 lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper