Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memperkirakan perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan makin mesra di tengah upaya pemerintah melakukan diversifikasi investasi.
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal melihat hubungan Indonesia—Korea Selatan secara ekonomi dan budaya makin kuat. Menurutnya, ada peluang yang terbuka di antara kedua negara untuk memperbesar kerja sama dan perdagangaan.
“Artinya sebetulnya peluang untuk mempererat kerja sama di investasi juga masih sangat terbuka lebar,” kata Faisal kepada Bisnis, Minggu (18/5/2025).
Apalagi, lanjut dia, jika Indonesia ingin menggalakkan investasi dan diversifikasi investasi kepada negara yang potensial, bukan hanya kepada 1–2 negara.
Menurut pandangan Faisal, perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan lebih banyak dipengaruhi oleh rantai pasok (supply chain) dari hubungan industri antara kedua negara, terutama banyak investasi Korea di sektor manufaktur Indonesia.
“Bahan baku dan bahan penolong ini tidak seluruhnya diproduksi dari dalam negeri dan sebagian juga dari luar, entah itu dari Korea atau yang lain, itu jadi banyak mempengaruhi perdagangan di antara indonesia dengan Korea Selatan,” tuturnya.
Baca Juga
Jika merujuk pada data, Faisal merincikan importasi terbesar Indonesia dari Negeri Ginseng terdiri dari produk permesinan, besi dan baja, plastik, bahan-bahan kimia, karet, kendaraan. Ini artinya, lanjut dia, produk yang diimpor Indonesia didominasi dari produk manufaktur.
Sementara itu, lanjut dia, Indonesia mengekspor besi dan baja, sebgain produk manufaktur yang terkait dengan permesinan, serta produk manufaktur padat karya seperti sepatu dan pakaian. Selain itu, sambungnya, Indonesia juga mengekspor kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan energi.
“Artinya sebagian manufaktur, tetapi produk manufakturnya juga padat karya relatif yang lebih lower value added dan sebagian juga merupakan komoditas. Seperti biasa, kita memang banyak yang mengandalkan mengekspor komoditas,” tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat US$2,57 miliar sepanjang Januari—Maret 2025. Sementara itu, impor Indonesia dari Korea Selatan pada periode tersebut sebesar US$2,11 miliar.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menuturkan Indonesia mencatatkan surplus terhadap Korea Selatan sebesar US$457,30 juta. Nilai surplus ini meningkat 77,38% dibanding periode yang sama pada 2024 yang sebesar US$257,80 juta.
Jika menengok pada 2024, total perdagangan kedua negara mencapai US$20,09 miliar. Ekspor Indonesia tercatat US$10,76 miliar dan impor Indonesia US$9,34 miliar. Indonesia memperoleh surplus perdagangan sebesar US$1,42 miliar.
“Ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan, antara lain minyak sawit dan pecahannya, kendaraan bermotor, feronikel, asam lemak, dan bungkil [oilcake],” kata Budi dalam keterangan tertulis, dikutip pada Minggu (18/5/2025).
Sementara itu, impor utama Indonesia dari Korea Selatan, antara lain bagian alat telekomunikasi, kendaraan bermotor, suku cadang dan aksesori kendaraan bermotor, gear box, dan ekskavator.