Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menyebut Peru bisa menjadi gerbang ekspor produk manufaktur Indonesia ke Amerika Latin usai Presiden Prabowo Subianto meneken Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia—Peru (Indonesia—Peru CEPA/IP—CEPA).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan bahwa selama ini Indonesia dengan Peru mencatatkan surplus perdagangan.
Dalam hal ini, ungkap Faisal, mayoritas Indonesia mengekspor produk manufaktur bernilai tambah tinggi, seperti otomotif ke Peru. Selain produk manufaktur, Indonesia juga mengekspor produk alas kaki ke Peru.
Untuk itu, Faisal menyatakan pemerintah harus menghitung secara matang produk apa saja yang akan diekspor ke Peru. Harapannya, dengan adanya IP—CEPA, Indonesia bisa melakukan penetrasi pasar yang lebih luas.
“Bahkan kalau bisa Peru menjadi hub bagi masuknya barang-barang manufaktur Indonesia, khususnya ke Amerika Latin, jadi melalui Peru,” kata Faisal kepada Bisnis, Senin (11/8/2025).
Terlebih, Faisal mengatakan kesepakatan dagang CEPA bukan hanya sekadar perdagangan barang, melainkan lebih luas, yakni mulai dari jasa, investasi, hingga nontariff measures. Sehingga, sambung dia, pemerintah mengidentifikasi produk apa yang akan diekspor, hambatan, perdagangan jasa, hingga sasaran investasi.
Baca Juga
Demikian pula dari sisi impor, yakni produk apa saja yang diperlukan Indonesia untuk keperluan produksi di dalam negeri, termasuk bahan baku yang masih minim.
Selain itu, Indonesia juga memiliki kebutuhan mendesak terhadap bahan baku seperti biji kakao yang selama ini banyak dipasok dari Peru. Apalagi, kebutuhan industri pengolahan kakao dalam negeri terus meningkat, sementara produksi domestik belum mencukupi.
Menurutnya, impor biji kakao dari Peru sebaiknya digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan industri pengolahan kakao di dalam negeri.
“Tetapi jangan lupa juga bahwa kerja sama untuk mengimpor biji kakao ini tidak lantas mengurangi atau mereduksi peran atau usaha pemerintah dan juga pelaku swasta untuk menumbuhkan perkebunan kakao di Indonesia,” tuturnya.
Terlebih, Faisal menyebut hilirisasi merupakan visi dan misi dari Presiden Prabowo. Menurut Faisal, pemerintah harus mendorong peningkatan produksi kakao dari perkebunan dari hulu ke hilir, mulai dari memperluas, meremajakan, hingga meningkatkan produktivitas lahan kakao.
“Dengan begitu bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor dan bisa memenuhi kebutuhan industri pengolahan biji kakao di dalam negeri yang memang saat ini kekurangan bahan baku,” terangnya.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Prabowo menyatakan perjanjian penandatanganan IP—CEPA akan memperluas akses pasar dan meningkatkan perdagangan Indonesia dan Peru.
Prabowo menyebut perjanjian IP—CEPA berhasil rampung dalam 14 bulan. Padahal, Kepala Negara RI itu mengungkap bahwa biasanya perundingan perjanjian dagang membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya.
“Kita sepakat kerja sama di bidang pangan, di bidang pertambangan, di bidang transisi energi, di bidang perikanan, juga di bidang pertahanan,” ujar Prabowo dalam Pernyataan Pers Bersama Presiden Prabowo dan Presiden Dina Boluarte, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin (11/8/2025).