Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Thailand Siap Pangkas Surplus Dagang dengan AS Demi Hindari Tarif Tambahan

Thailand tengah berupaya memangkas surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar US$15 miliar per tahun guna meredam risiko tarif tambahan.
Gedung Bank of Thailand di kompleks bank sentral, Bangkok, Thailand pada Jumat (29/3/2024). / Bloomberg-Andre Malerba
Gedung Bank of Thailand di kompleks bank sentral, Bangkok, Thailand pada Jumat (29/3/2024). / Bloomberg-Andre Malerba

Bisnis.com, JAKARTA — Thailand tengah berupaya memangkas surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar US$15 miliar per tahun melalui serangkaian langkah konkret guna meredam potensi perang dagang dengan mitra ekspor utamanya.

Menteri Keuangan Thailand Pichai Chunhavajira dalam konferensi pers Selasa (20/5/2025) menegaskan bahwa pemerintahnya telah menyiapkan kebijakan nyata untuk mengatasi penyalahgunaan aturan asal ekspor dan menciptakan kemitraan ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan dengan Washington.

Meski tidak menyebut tenggat waktu pencapaian target, angka pengurangan tersebut setara sepertiga dari total surplus perdagangan Thailand terhadap AS yang tahun lalu mencapai US$46 miliar.

Sebagai negara yang sangat bergantung pada perdagangan, Thailand telah menyerahkan kerangka proposal resmi kepada pemerintahan Presiden Donald Trump, sebagai upaya menghindari pemberlakuan tarif 36% atas sejumlah barang ekspor utamanya.

Menurut Pichai, penawaran tersebut mencakup penguatan pengawasan terhadap praktik pengalihan rute perdagangan oleh perusahaan-perusahaan China, penurunan hambatan tarif dan non-tarif, serta peningkatan kerja sama investasi.

“Saya yakin bahwa kami memiliki serangkaian proposal praktis dan layak yang kuat yang secara efektif dapat menghasilkan hasil yang saling menguntungkan dan memberikan kemenangan cepat yang nyata,” kata Pichai dikutip dari Bloomberg.

Thailand kini tengah mengebut upaya perundingan dagang untuk meminimalkan dampak ekonomi dari pemangkasan proyeksi pertumbuhan oleh Bank Sentral dan Bank Dunia. Tahun lalu, AS menjadi tujuan ekspor terbesar Thailand, menyerap sekitar 18% dari total pengiriman luar negeri negara itu.

Pada Senin (19/5/2025), pemerintah Thailand mengumumkan penangguhan insentif investasi untuk sektor-sektor yang dinilai berisiko menimbulkan kelebihan pasokan atau dampak lingkungan negatif. Selain itu, otoritas akan memperketat proses evaluasi terhadap proposal investasi baru, guna memastikan aktivitas produksi utama tetap berada di dalam negeri.

Langkah lainnya termasuk penyederhanaan prosedur penerbitan "sertifikat asal" ekspor dan perluasan daftar produk industri yang masuk pemantauan.

Di sisi lain, Pichai menyebutkan bahwa upaya Thailand juga mencakup peningkatan investasi sektor swasta di AS, dengan fokus pada bidang energi, teknologi digital, pariwisata kesehatan, hingga industri kreatif.

Menurut Presiden Perwakilan Dagang Thailand, Nalinee Taveesin, perusahaan-perusahaan asal Thailand berpotensi menanamkan investasi senilai sedikitnya US$2 miliar di AS dalam waktu dekat. Thailand juga menyatakan minat untuk bergabung dalam proyek pembangunan jaringan pipa gas raksasa di Alaska yang didukung penuh oleh pemerintahan Trump.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper