Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM Malaysia Makin Mesra ke China, Pede Negosiasi Tarif dengan AS Tak Terdampak

PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan bahwa hubungan erat dengan China eijing tak menghalangi diplomasi ekonomi dan perundingan tarif dengan Amerika Serikat.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dalam Konferensi Investasi Asean 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa, 8 April 2025./Bloomberg-Samsul Said
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dalam Konferensi Investasi Asean 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa, 8 April 2025./Bloomberg-Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA — Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah berkomitmen untuk meninjau permintaan Malaysia mengenai pengurangan tarif ekspor secara “simpatik”. Pernyataan ini datang di tengah upaya Malaysia memperdalam kerja sama strategis dengan China.

Melansir Bloomberg, Kamis (22/5/2025), Anwar menegaskan bahwa hubungan erat Kuala Lumpur dengan Beijing tak menghalangi diplomasi ekonomi dengan Washington. Ia menyebut, kunjungan kenegaraan Presiden China Xi Jinping ke Malaysia pada pertengahan April lalu—yang menghasilkan 31 kesepakatan—tidak menimbulkan keberatan dari pihak AS.

"Pada puncak negosiasi dengan Amerika Serikat ini, kami menyambut Presiden Xi Jinping. Kami tidak memiliki keraguan tentang hal itu. Kami senang bahwa dia tidak pernah diangkat sebagai masalah dengan Amerika Serikat," kata Anwar dalam pengarahan di Ibu Kota Administratif Putrajaya.

Malaysia saat ini sedang mengupayakan penghapusan total tarif ekspor ke AS yang sebelumnya dipatok sebesar 24% oleh Presiden Donald Trump. Sebagai imbal balik, Washington meminta Malaysia menekan defisit perdagangan, menghapus hambatan nontarif, dan memastikan perlindungan atas teknologi asal AS agar tidak dialihkan ke pihak atau investasi lain.

“Amerika Serikat telah berjanji untuk menelaah proposal kami secara simpatik dan terus memberikan pembaruan kepada kami,” lanjut Anwar.

Tahun ini, Malaysia menjabat sebagai ketua Asean dan akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi regional pertama yang mempertemukan negara-negara Asia Tenggara, China, dan blok utama Timur Tengah. Perdana Menteri China Li Qiang dijadwalkan hadir di Kuala Lumpur dalam forum tersebut.

Namun, Malaysia juga terseret dalam perselisihan teknologi antara AS dan China pekan ini. Pemerintah sempat mengumumkan pembangunan sistem kecerdasan buatan (AI) pertama yang ditenagai chip Huawei Technologies Co..

Pernyataan itu kemudian ditarik keesokan harinya oleh Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri, yang menyebut proyek tersebut merupakan inisiatif swasta.

“Sebagai sebuah kebijakan, kami menegaskan bahwa kami sangat independen. Kami menginginkan yang terbaik untuk negara kami," tegas Anwar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper