Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perusahaan China GEM Investasi Rp129 Triliun Bangun Kawasan Industri Hijau IGIP di Morowali

GEM China investasi US$8 miliar bangun International Green Industrial Park (IGIP) daur ulang baterai bebas emisi di Morowali.
Pendiri GEM Xu Kaihua di ITB, Sabtu (24/5/2025). GEM China investasi US$8 miliar bangun International Green Industrial Park (IGIP) daur ulang baterai bebas emisi di Morowali. /Bisnis-Annasa R. Kamalina
Pendiri GEM Xu Kaihua di ITB, Sabtu (24/5/2025). GEM China investasi US$8 miliar bangun International Green Industrial Park (IGIP) daur ulang baterai bebas emisi di Morowali. /Bisnis-Annasa R. Kamalina

Bisnis.com, SUMEDANG — GEM Co. Ltd. terus menambah investasi di Indonesia. Perusahaan daur ulang asal China itu berencana membangun International Green Industrial Park/IGIP di Morowali, Sulawesi Tengah yang diestimasi senilai US$8 miliar atau Rp129,74 triliun (kurs Rp16.217 per dolar AS).

Sebelumnya, GEM telah melakukan investasi senilai US$30 juta melalui pembuatan China-Indonesia Joint Laboratory di Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam rangka mengembangkan SDM lokal. 

Pendiri GEM Xu Kaihua menyampaikan bahwa saat sejumlah pemain nikel membangun industri baterai untuk kendaraan listrik atau electronic vehicle (EV), perusahaannya fokus membangun IGIP yang mengarah pada daur ulang baterai dan nol emisi. 

“Pembangunan IGIP tahap awal US$2 miliar. Total estimasi US$8 miliar,” ujarnya kepada wartawan usai kunjungannya di ITB, Sabtu (24/5/2025). 

Pada dasarnya, perusahaan daur ulang elektronik berbasis hijau ini memanfaatkan seluruh limbah dari proses pengolahan nikel yang ada. Dengan begitu, tidak ada emisi atau karbon yang terbuang di lingkungan. 

Untuk diketahui, GEM mendaur ulang lebih dari 30 jenis sumber daya langka seperti kobalt, nikel, litium, tembaga, tungsten, emas, perak, paladium, rodium, germanium, indium, dan elemen tanah jarang. GEM memproses lebih dari 10% dari total limbah baterai dan limbah elektronik. 

Kaihua berharap ke depannya seluruh limbah baterai maupun elektronik dari seluruh dunia dapat dikirim ke GEM di Indonesia untuk didaur ulang. 

“Ke depan kami ingin membuat model. Kita kan jual nikel ke luar negeri, kita harapnya nikel tersebut bisa kita minta kembali alias untuk recycle kembali ke dalam negeri [Indonesia],” ujarnya. 

Saat ditanya terkait rencana GEM terjun ke dalam industri baterai layaknya Huayou dan CATL, Kaihua menyampaikan ada rencana tersebut. Namun tidak akan dilakukan secara langsung, melainkan sebagai investor alias pemegang saham. 

Sebelumnya, GEM telah menandatangani perjanjian kemitraan dengan PT Vale Indonesia (INCO) pada November 2024 senilai US$1,4 miliar. 

Kemitraan dengan GEM Co. bertujuan menciptakan pabrik pengolahan nikel tanpa emisi dengan memproduksi 60.000 ton nikel dalam bentuk PLTMH setiap tahun.

Investasi tersebut juga mencakup US$40 juta untuk pusat penelitian yang didedikasikan untuk transfer pengetahuan dan pengembangan bakat lokal, US$30 juta untuk senyawa ESG, dan US$10 juta untuk pengembangan masyarakat dan fasilitas umum.

Dari Januari hingga September 2024, produk utama GEM mencakup 143.000 ton pengiriman prekursor terner (naik 18,94% secara tahunan/YoY), sementara pengiriman kobalt tetroksida mencapai 14.500 ton (naik 93,33%  YoY). 

Proyek nikel di Indonesia memproduksi dan menjual 31.800 ton nikel MHP, dengan peningkatan tahunan yang signifikan sebesar 83,43%. Perusahaan mengirimkan 14.400 ton katoda terner, naik tajam 116,02% YoY, dan mendaur ulang 23.000 ton baterai listrik (2,63 GWh) dengan kenaikan 16,78 persen dari sebelumnya secara tahunan atau year on year (YoY). 

GEM juga membukukan RMB 1,116 juta dari penjualan daur ulang tungsten, naik 47,35% YoY. Perusahaan menyatakan akan melakukan segala upaya untuk mencapai implementasi yang efektif dari target tahunannya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper