Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menyebut agenda net zero emission yang diusung pemerintah tidak akan mengesampingkan industri minyak dan gas (migas).
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang ESDM Aryo Djojohadikusumo menilai Indonesia masih membutuhkan industri migas kendati sudah mengoptimalkan transisi energi bersih. Adapun, produk petrokimia seperti plastik hingga gelas masih tetap diperlukan.
"Migas masih dibutuhkan. Baterainya mungkin diganti, tapi body-nya, isinya [produk turunan] migas,” kata Aryo dalam keterangannya, dikutip Selasa (3/6/2025).
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko menyoroti keunggulan Indonesia dalam menarik investasi EV dan nikel di tengah ketidakpastian geopolitik, khususnya di China.
Saat ini, lanjutnya, China menghadapi dua masalah besar: persaingan ketat antar-merek EV di dalam negeri, serta hambatan tarif dari AS. Kondisi tersebut mendorong China mencari hub produksi baru, dan Indonesia menjadi pilihan menarik.
Kendati demikian, Moeldoko menyebut tiga kunci pertumbuhan investasi asing, yakni stabilitas politik-ekonomi-keamanan, efisiensi logistik dan rantai pasok, serta regulasi yang pasti dan mendukung.
Baca Juga
Dia menuturkan terdapat sejumlah regulasi yang sudah diterbitkan, seperti Perpres 55/2019, revisinya Perpres 79/2023, serta Inpres 7/2022 yang mewajibkan kendaraan dinas listrik.
“Situasinya sangat baik bagi dunia usaha, payung hukumnya sudah jelas,” ujarnya.