Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Proyeksi Kinerja Keuangan 2025 Melandai, Ada Apa?

PT Pertamina (Persero) blak-blakan mengenai potensi tekanan terhadap kinerja keuangan perseroan pada 2025.
Gedung Pertamina./Istimewa
Gedung Pertamina./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) memprediksi kinerja keuangan tahun ini akan melandai seiring dengan melemahnya harga minyak mentah global sejak tahun lalu. 

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan, Perseroan tengah menggodok strategi untuk mengantisipasi tren penurunan kinerja tersebut yang segera diimplementasikan pada semester kedua tahun ini. 

“Namun, kita lihat bahwa ini terhindarkan dari sisi ICP [Indonesian crude price], kalau kita lihat dari posisi year to date saja sekarang di level sudah di US$70 dan saat ini Mei itu levelnya sudah di US$62,” kata Emma dalam konferensi pers, Jumat (13/6/2025). 

Tak hanya dari segi harga, kinerja Pertamina juga berpotensi melemah lantaran bisnis upstream atau hulu yang sedang tertekan. Emma juga menyinggung dari sisi investasi yang berpotensi terhambat. 

“Jadi kalau kita lihat ini di samping investasi akan menjadi terhambat karena kalau tidak disikapi dengan regulasi yang harus ada breakthrough secara fundamental,” tuturnya. 

Untuk itu, Pertamina akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan pemerintah untuk menyikapi volatilitas dari harga minyak mentah agar tidak berdampak pada produksi dan lifting. 

“Ini yang ke depan kita akan sikapi betul bagaimana reform dari regulatory framework dari sisi upstream dan oil and gas sektor ini yang harus kita sikapi betul untuk tidak menghambat percepatan dan target pemerintah 1 juta barel di tahun 2028 ini ke depan,” jelasnya. 

Adapun, tren pelemahan kinerja dan parameter global di sektor migas juga terjadi pada tahun lalu. Kendati demikian, Pertamina masih membukukan net profit yang positif. 

Pertamina membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sekitar US$3,13 miliar atau Rp49,5 triliun. Pencapaian tahun lalu tercatat turun 34,38% yoy dibandingkan laba tahun 2023 yang tercatat sebesar US$4,77 miliar. 

“Dan revenue di US$75 miliar dan juga di EBITDA di level US$10,7 miliar. Ini sudah memperhitungkan angka impairment kilang. Tadi yang disampaikan karena crack spread-nya tidak memungkinkan untuk kita bisa membukukan positif di some holding kilang,” ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper