Bisnis.com, JAKARTA — Sorotan pasar pekan ini tertuju pada ke Ketua The Fed Jerome Powell untuk menantikan sinyal jelas terkait waktu dan kondisi yang akan memicu langkah pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS.
Melansir Reuters, Senin (16/6/2025), rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17–18 Juni mendatang diperkirakan menjadi pertemuan keempat secara beruntun tanpa perubahan suku bunga. Keputusan tersebut berpotensi memancing kritik lanjutan dari mantan Presiden Donald Trump yang selama ini vokal mendesak pelonggaran kebijakan moneter.
Namun, para pembuat kebijakan menegaskan bahwa keputusan berikutnya hanya akan diambil setelah ada kejelasan dari pemerintah soal arah kebijakan tarif, imigrasi, dan pajak. Ketegangan geopolitik, seperti serangan militer Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, turut menambah lapisan ketidakpastian yang memengaruhi kalkulasi The Fed.
Di tengah situasi tersebut, ekonomi AS masih menunjukkan ketahanan meski mulai mengalami perlambatan. Berdasarkan data kontrak berjangka, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga baru akan dilakukan paling cepat pada bulan September.
“Dalam kondisi saat ini, di mana belum ada urgensi untuk memangkas suku bunga, sikap terbaik adalah menunggu,” ujar Seema Shah, Kepala Strategi Global Principal Asset Management.
Dilema Kebijakan di Tengah Arah Ekonomi yang Kontras
Baca Juga
Kebijakan tarif baru dari pemerintah AS diprediksi akan meningkatkan inflasi sekaligus memperlambat pertumbuhan. Ini menciptakan tantangan ganda bagi The Fed: menjaga stabilitas harga di tengah risiko pelambatan ekonomi.
David Hogg, Manajer Portofolio Obligasi di Capital Group, menyatakan belum ada alasan untuk panik. Namun, jika ketidakpastian berlangsung terlalu lama — baik di kalangan konsumen maupun pelaku usaha — maka fondasi ekonomi bisa mulai terguncang.
Sejauh ini, indikator ekonomi belum menunjukkan urgensi untuk melakukan perubahan kebijakan. Tingkat pengangguran tetap stabil selama tiga bulan terakhir, meskipun laju penciptaan lapangan kerja melambat. Penurunan tajam jumlah imigran turut mempersempit pasokan tenaga kerja. Stabilnya pengangguran memberi ruang bagi The Fed untuk tetap mempertahankan suku bunga sebagai pelindung dari tekanan inflasi.
Di sisi lain, inflasi inti pada Mei kembali mencatat hasil di bawah ekspektasi, menandai bulan keempat berturut-turut. Obligasi AS pun mengalami penguatan setelah data dirilis, dengan imbal hasil obligasi tenor dua tahun — yang paling peka terhadap perubahan kebijakan Fed — turun lebih dari tujuh basis poin ke level 3,96% dalam sepekan terakhir.
Meski demikian, The Fed kemungkinan akan menunggu data tambahan dalam beberapa bulan ke depan untuk menilai dampak tarif terhadap konsumen secara lebih menyeluruh. Konflik Israel–Iran juga menjadi faktor tambahan yang berisiko memengaruhi harga energi, dan pada akhirnya memengaruhi ekspektasi inflasi masyarakat.
Proyeksi Terbaru The Fed
Pekan ini, The Fed juga akan merilis proyeksi ekonomi dan jalur suku bunga terbarunya — untuk pertama kalinya sejak Presiden Trump mengumumkan paket tarif besar-besaran pada 2 April lalu. Rentang kemungkinan dalam proyeksi tersebut sangat lebar.
”Jika pejabat memperkirakan tingkat pengangguran tahun ini naik signifikan di atas target 4,4% yang dirilis Maret, hal itu bisa menjadi sinyal pemangkasan suku bunga terjadi sebelum kuartal IV,” kata Shah.
Beberapa pejabat, termasuk Gubernur The Fed Christopher Waller, sudah mengindikasikan kesiapan memangkas suku bunga — dengan asumsi tekanan inflasi dari tarif hanya bersifat sementara dan ekspektasi inflasi tetap terkendali. Ini sejalan dengan pandangan pasar yang melihat dampak harga dari tarif sebagai fenomena jangka pendek.
Namun jika sebaliknya, The Fed justru merevisi naik proyeksi inflasi, maka kemungkinan pemangkasan suku bunga akan dipangkas dari dua menjadi satu kali. Barclays bahkan memperingatkan potensi kejutan hawkish dalam pembaruan proyeksi kali ini.
Sebagian analis menduga The Fed bisa saja memilih tidak melakukan revisi apa pun, mempertimbangkan tingginya ketidakpastian atas arah kebijakan Trump ke depan.
Kepala Strategi Investasi Makro CreditSights Zachary Griffiths memperkirakan tidak akan ada banyak perubahan pada proyeksi suku bunga dari masing-masing pejabat The Fed, atau dot plot.
“Sejak Maret, situasinya fluktuatif, tapi secara keseluruhan, belum banyak yang berubah secara fundamental,” ungkapnya.
Data Jadi Kompas Kebijakan
Banyak ekonom sepakat bahwa arah kebijakan The Fed akan sangat bergantung pada bagaimana dan seberapa cepat dampak kebijakan Trump tercermin dalam data ekonomi ke depan.
Dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom yang dilakukan pada 6–11 Juni, sebanyak 42% responden memperkirakan The Fed tidak akan memangkas suku bunga sampai ada bukti konkrit perlambatan ekonomi.
Julia Coronado, pendiri MacroPolicy Perspectives sekaligus mantan ekonom The Fed, memperkirakan pelonggaran suku bunga baru akan dimulai Oktober atau Desember, saat sinyal pelemahan pasar tenaga kerja semakin nyata.