Bisnis.com, JAKARTA — imbal hasil atau yield obligasi Treasury AS bergerak naik seiring lonjakan harga minyak akibat konflik Israel-Iran, yang turut memicu kekhawatiran inflasi.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (16/5/2025), yield obligasi AS tenor 10 tahun naik tiga basis poin (bps) menjadi 4,43%, bergerak lebih tinggi dibandingkan obligasi Jerman. Sementara itu, para pelaku pasar memangkas ekspektasi pemangkasan Fed Fund Rate, dengan proyeksi total penurunan sebesar 46 bps hingga akhir tahun, turun dari 49 bps pada akhir pekan lalu.
Pergerakan ini makin menegaskan tekanan jual terhadap Treasury AS sejak ketegangan antara Israel dan Iran berubah menjadi konflik terbuka pada Jumat (13/6/2025). Analisis Bloomberg menunjukkan bahwa serangan langsung Iran pada April 2024 dan bentrokan ulang pada Oktober 2024 juga sempat mendorong yield obligasi AS naik tajam dan bertahan tinggi selama 30 hari berikutnya.
“Pasar cukup volatil, dengan investor beralih ke aset safe-haven sekaligus mendorong harga minyak naik,” ujar Kepala Ekonom Asia di Union Bancaire Privée Carlos Casanova, Senin (16/6/2025).
Adapun harga minyak sempat melonjak setelah Israel dan Iran berbalas meluncurkan rudal selama akhir pekan lalu, meski tekanan tersebut mereda menjelang penutupan pasar. Hanya saja, kekhawatiran peningkatan harga energi berkepanjangan semakin menambah tekanan inflasi, sehingga obligasi AS dan Eropa terus tertekan.
“Dalam jangka pendek, sikap aversi risiko akan mencegah penurunan imbal hasil yang signifikan, sementara kenaikan harga minyak dan ekspektasi inflasi membatasi reli yield,” tulis Kepala Strategi Eropa di Jefferies International Mohit Kumar dalam catatan risetnya.
Baca Juga
Selain ketegangan geopolitik, investor Treasury kini juga dihadapkan pada tekanan inflasi akibat perang dagang yang diinisiasi oleh Presiden AS Donald Trump dan kekhawatiran utang pemerintah AS yang membengkak. Permintaan premi risiko yang lebih tinggi diperkirakan akan terus mendorong imbal hasil naik, khususnya ketika ketegangan di Timur Tengah berdampak pada pasokan energi.
Yield di seluruh tenor AS memang naik, namun kenaikan pada tenor pendek relatif lebih kecil, sehingga kurva yield semakin menukik. Imbal hasil obligasi AS tenor 2 tahun tercatat naik dua basis poin menjadi 3,96% pada hari yang sama.
Investor kini menantikan lelang obligasi tenor 20 tahun yang akan digelar pada hari ini, Senin (16/6/2025). Pekan lalu, lelang obligasi tenor 30 tahun mendapat permintaan yang lebih kuat dari perkiraan, meredam kekhawatiran bahwa investor akan menghindari surat utang jangka panjang pemerintah AS.
Ahli Strategi Makro di DBS Group Holdings, Wei Liang Chang, pun meyakini tekanan lonjakan kurva yield Treasury kemungkinan akan berlanjut.
"Investor mungkin mempertimbangkan kenaikan belanja militer jangka panjang karena lingkungan geopolitik yang lebih tidak pasti, serta risiko inflasi yang melekat jika harga minyak tetap tinggi," jelasnya.