Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menekan mitra dagangnya, Uni Eropa dan Jepang, untuk segera mencapai kesepakatan tarif sebelum masa jeda “Hari Pembebasan” berakhir pada 9 Juli 2025. Jika tidak, Trump mengancam akan memberlakukan tarif baru secara sepihak.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Reuters, Rabu (18/6/2025), Trump menyebut Uni Eropa belum memberikan tawaran yang adil dan menilai Jepang bersikap keras dalam negosiasi. “Kalau mereka tidak memberikan kesepakatan yang adil, ya mereka harus membayar sesuai dengan yang kami tetapkan,” ujarnya.
Mengenai Jepang, Trump menyatakan masih ada peluang tercapainya kesepakatan meski prosesnya sulit. “Mereka memang keras, tapi pada akhirnya kami akan mengirimkan surat berisi ‘ini yang harus kalian bayar’. Kalau tidak, ya jangan berdagang dengan kami,” ujarnya.
Pernyataan ini disampaikan usai Trump pulang lebih awal dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kananaskis, Alberta, meninggalkan kesan mengecewakan bagi negara-negara yang berharap pada kemajuan isu perdagangan global. Meski demikian, delegasi AS, termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent, Perwakilan Dagang Jamieson Greer, dan Direktur Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett, tetap tinggal untuk melanjutkan diskusi.
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan masih berharap kesepakatan dapat dicapai sebelum tenggat. “Kami masih berada di tengah-tengah negosiasi, dan akan kita lihat nanti hasil akhirnya,” katanya.
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum pun telah berbicara lewat telepon dengan Trump dan sepakat untuk bekerja sama dalam berbagai isu, menurut pernyataan Gedung Putih.
Baca Juga
Di sisi lain, Trump juga mengumumkan rencana mengenakan tarif terhadap produk farmasi. Langkah ini, menurutnya, ditujukan untuk mendorong perusahaan obat-obatan memindahkan basis produksinya ke dalam negeri. “Kami akan segera memberlakukan tarif pada farmasi. Ini akan membuat banyak perusahaan kembali ke Amerika,” katanya. Kebijakan ini dikaitkan dengan investigasi di bawah Pasal 232 Undang-Undang Ekspansi Perdagangan 1962.
Matthew Goodman, analis senior dari Council on Foreign Relations, menilai kecil kemungkinan Trump menyelesaikan banyak kesepakatan di KTT G7, kecuali perjanjian terbatas yang telah diumumkan dengan Inggris. Perjanjian tersebut mencakup kuota dan tarif kendaraan asal Inggris serta penghapusan tarif sektor dirgantara. Namun, tarif baja dan aluminium masih menjadi persoalan.
Lebih dari selusin negara mitra dagang AS kini berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan negosiasi sebelum tenggat 9 Juli. “Saya kira 9 Juli adalah tenggat yang sebenarnya,” ujar Goodman. “Ketika masa jeda 90 hari berakhir, Trump dan timnya akan menggunakannya sebagai tekanan maksimal agar negara-negara lain memberikan lebih banyak konsesi.”
Trump sendiri mengisyaratkan kemungkinan perpanjangan masa negosiasi untuk negara-negara yang bersikap kooperatif, tetapi tetap akan mengirimkan surat tarif kepada yang tidak bersedia berunding.