Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Lisa Widodo

COO Blibli

Lihat artikel saya lainnya

Opini: Menyeimbangkan Profitabilitas dan Keberlanjutan di Era Retail Omnichannel

Pemerintah juga telah merancang Peta Jalan Ekonomi Sirkular 2025-2045 untuk mengurangi limbah dan mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.
Warga mengakses aplikasi Blibli di Jakarta, Senin (13/5/2024). Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2024 PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp3,92 triliun tumbuh 2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp3,83 triliun/JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga mengakses aplikasi Blibli di Jakarta, Senin (13/5/2024). Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2024 PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp3,92 triliun tumbuh 2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp3,83 triliun/JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Dunia sedang menghadapi krisis lingkungan yang tak bisa lagi diabaikan. Polusi, perubahan iklim, dan hilangnya keanekaragaman hayati adalah tiga ancaman sekaligus (triple threat) yang dihadapi dunia saat ini.

Sejalan dengan Laporan Kesenjangan Emisi UNEP 2024, negara-negara harus memangkas emisi gas rumah kaca sebanyak 42 persen pada 2030, untuk menjaga pemanasan global di target 1,5°C.

Indonesia pun tak ketinggalan. Pemerintah Indonesia telah menyampaikan komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 31,89% secara mandiri dan 43,2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030.

Komitmen ini tercantum dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).  Selain itu, pemerintah juga telah merancang Peta Jalan Ekonomi Sirkular 2025-2045 untuk mengurangi limbah dan mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.

Namun, tanpa kolaborasi dari berbagai pihak, target global tersebut tak akan tercapai dan kelestarian alam akan kian terancam. Perlu ada solusi yang melibatkan semua pihak, termasuk pelaku bisnis, pemerintah, komunitas dan masyarakat secara menyeluruh.

Karena itu, dalam strategi bisnis global, keberlanjutan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Prinsip 3P—People, Planet, Prosperity—semakin relevan dalam memastikan bisnis tidak hanya mengejar profit, tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Bahkan, menurut laporan World Economic Forum (WEF), yang mengutip penelitian Bank of America Merrill Lynch, perusahaan dengan rekam jejak ESG yang lebih baik menghasilkan imbal hasil lebih tinggi dalam tiga tahun dibanding pesaingnya, memiliki saham lebih berkualitas, dan risiko bangkrut lebih rendah. Studi ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan.

Penerapan Prinsip Keberlanjutan di Operasi Retail Omnichannel

Tantangannya kini adalah bagaimana menerapkan prinsip keberlanjutan ini dalam operasi bisnis sehari-hari, khususnya di sektor retail omnichannel yang terus berkembang. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi sekaligus mengurangi dampak lingkungan dan sosialnya

Oleh karena itu, pekerjaan rumah bagi pelaku bisnis terkait prinsip keberlanjutan adalah bagaimana ini diterapkan di seluruh lini operasi bisnis retail; mulai dari produksi, distribusi, kemasan, hingga rantai pasok.

Di sektor logistik, hal ini bisa dilakukan dengan membangun fasilitas berkelanjutan seperti fasilitas pergudangan yang minim energi, desain bangunan yang memaksimalkan pencahayaan dan ventilasi alam, material ramah lingkungan, dipadukan  optimalisasi rute armada pengiriman, penggunaan kendaraan listrik, serta teknologi lain yang ramah lingkungan, juga bisa menjadi cara untuk mengurangi emisi karbon.

Perusahaan juga perlu memastikan adanya sistem pengelolaan limbah yang efektif, terutama cara mengurangi polusi dari kemasan plastik dan kardus, seperti menggalakkan program daur ulang untuk mengurangi limbah.

Keterlibatan pelanggan dan karyawan juga menjadi faktor penting dalam mencapai keberlanjutan, karena tidak ada perusahaan yang bisa menjalankan semua langkah ini sendirian.

Perusahaan dapat memberikan opsi bagi pelanggan untuk berpartisipasi, misalnya melalui sistem penghargaan bagi pelanggan yang mengembalikan kemasan bekas untuk didaur ulang. Inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap brand yang mereka gunakan.

Sebab, menurut survei McKinsey pada tahun 2023, 60% konsumen bersedia membayar lebih untuk produk dengan kemasan berkelanjutan, menegaskan bahwa keberlanjutan semakin memengaruhi keputusan pembelian.

Selain itu, keberlanjutan juga mencakup kesejahteraan karyawan dan komunitas. Perusahaan harus membangun kepercayaan karyawan dengan berinvestasi dalam pengembangan mereka, agar karyawan dapat memiliki keahlian yang cukup untuk mendukung operasional bisnis yang berkelanjutan. Tata kelola yang baik pun menjadi pilar utama, di mana transparansi dan akuntabilitas terhadap pelanggan, mitra bisnis, dan pemangku kepentingan lainnya harus dijaga dengan konsisten.

Peran Teknologi dalam Bisnis Berkelanjutan

Di sisi lain, kita telah memasuki era eco-digital, di mana teknologi berperan penting dalam mewujudkan keberlanjutan. Organisasi global mengandalkan transformasi digital untuk mencapai target keberlanjutan, termasuk melalui pendekatan berbasis data, kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan machine learning.

Laporan Capgemini Research Institute 2024 menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, implementasi teknologi digital telah mengurangi konsumsi energi sebesar 24% dan emisi gas rumah kaca (GHG) hingga 21%. Studi Boston Consulting Group juga memperkirakan bahwa penerapan AI dalam keberlanjutan dapat menghasilkan nilai ekonomi sebesar US$1,3 triliun hingga US$2,6 triliun pada 2030 melalui peningkatan pendapatan dan efisiensi biaya.

Dalam industri retail omnichannel, AI dapat meningkatkan pengalaman belanja pelanggan secara omnichannel, baik online dan offline. AI berperan dalam melakukan profiling terhadap pelanggan dan menawarkan promo sesuai profil, efisiensi dengan mengoptimalkan pemrosesan pesanan dan jalur kerja, memilih jenis dan ukuran kemasan paling efisien guna mengurangi limbah dan biaya, hingga mempercepat proses retur barang pelanggan.

Keberlanjutan bukan sekadar tren, melainkan norma bisnis di masa depan. Perusahaan harus mengintegrasikan keberlanjutan dalam strategi bisnis, bukan hanya untuk meningkatkan profitabilitas dalam jangka panjang, tetapi juga untuk memperkuat reputasi perusahaan. Dengan menerapkan praktik keberlanjutan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, menghemat biaya, serta menarik lebih banyak konsumen.

Namun, perusahaan tidak bisa berjalan sendiri—kolaborasi sangat vital untuk mewujudkan masa depan yang lebih hijau, inklusif, dan bertanggung jawab. Perlu ada kerjasama erat dengan pemerintah, karyawan, mitra, dan pelanggan. Perusahaan mesti mengomunikasikan visinya kepada seluruh pemangku kepentingan, agar keberlanjutan bukan hanya menjadi inisiatif internal, tetapi juga gerakan bersama yang berdampak nyata. Hanya dengan pendekatan holistik ini, bisnis dapat bertahan dan berkembang secara keberlanjutan.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lisa Widodo
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper