Bisnis.com, JAKARTA — Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga masih dapat dilakukan tahun ini. Namun, laju penurunan suku bunga diproyeksikan lebih lambat menyusul potensi kenaikan inflasi akibat rencana tarif baru dari Presiden Donald Trump.
Dalam proyeksi ekonomi terbarunya yang dilansir dari Reuters pada Kamis (19/6/2025), The Fed memperkirakan kondisi ekonomi AS akan mengalami perlambatan, dengan pertumbuhan hanya 1,4% tahun ini, tingkat pengangguran naik menjadi 4,5% pada akhir tahun, dan inflasi diperkirakan menyentuh 3% pada akhir 2025 — jauh di atas target bank sentral sebesar 2%.
Meskipun masih memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada 2025, seperti yang diungkap dalam proyeksi Maret dan Desember lalu, The Fed memperlambat proyeksi lanjutan menjadi hanya satu kali penurunan 25 basis poin masing-masing pada 2026 dan 2027.
Pada proyeksi baru tersebut, inflasi diprediksi bertahan tinggi pada level 2,4% hingga 2026 sebelum turun menjadi 2,1% pada 2027, sementara tingkat pengangguran relatif stabil.
“Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi telah menurun, tetapi masih tetap tinggi,” tulis The Fed dalam pernyataan kebijakan terbarunya.
Adapun, pernyataan ini merupakan revisi dari rilis proyeksi pada Mei lalu, ketika tensi perdagangan meningkat dan risiko inflasi serta pengangguran dinilai melonjak. Proyeksi tersebut mencerminkan pandangan The Fed atas dampak kebijakan ekonomi Trump terhadap ekonomi AS tahun ini.
Baca Juga
Pertumbuhan PDB 1,4% tahun ini lebih rendah dibanding proyeksi 1,7% pada Maret, sedangkan tingkat pengangguran 4,5% lebih tinggi dari estimasi sebelumnya sebesar 4,4%. Adapun tingkat pengangguran per Mei tercatat 4,2%.
Meski demikian, The Fed menyebut kondisi pasar tenaga kerja masih kuat dan tingkat pengangguran tetap rendah.
The Fed tidak menyinggung konflik antara Israel dan Iran yang sedang berlangsung serta potensi dampaknya terhadap pasar minyak global maupun sektor keuangan lainnya.
Pasar saham AS mencatat kenaikan tipis usai pengumuman kebijakan dan proyeksi ekonomi tersebut, sementara imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun cenderung turun.
Kontrak berjangka suku bunga menunjukkan bahwa pertemuan The Fed pada 16–17 September diperkirakan menjadi momen potensial untuk pemangkasan suku bunga berikutnya.
“Untuk saat ini, kami berada di posisi yang tepat untuk menunggu dan mempelajari arah ekonomi sebelum melakukan penyesuaian kebijakan,” ujar Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers pasca-pertemuan.
Dia menambahkan bahwa The Fed siap merespons setiap informasi baru yang masuk.
“Tanpa kejutan besar dari Powell, pertemuan FOMC Juni kemungkinan hanya akan menjadi pertemuan pengantar, saat The Fed masih menunggu kejelasan arah ekonomi serta perkembangan risiko terhadap mandat ganda mereka,” ujar Michael Brown, analis senior di Pepperstone.
Dampak Tarif Trump
Proyeksi The Fed soal penurunan suku bunga tahun ini sejalan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan pemangkasan sebesar 25 basis poin paling cepat pada pertemuan September. Namun, The Fed tetap mengabaikan seruan Trump untuk segera memangkas suku bunga.
Dalam pernyataan terpisah pada hari yang sama, Trump menyebut Powell bodoh dan mendesak agar suku bunga dipangkas separuh—langkah yang umumnya hanya diambil dalam krisis besar. Trump bahkan menggoda publik dengan menyebut dirinya layak menjadi Ketua The Fed.
Saat ini, suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 4,25%–4,50% sejak Desember lalu. Para pejabat The Fed masih enggan menentukan waktu pemangkasan selanjutnya, mengingat volatilitas kebijakan dagang AS dan ketidakpastian pembagian beban tarif impor di antara konsumen, importir, dan negara produsen.