Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap stok bawang merah melimpah alias surplus pada neraca Juni 2025. Namun ke depan, berpotensi mengalami penurunan.
Staf Ahli Menteri Bidang Investasi Pertanian Kementan Suwandi mengatakan pasokan bawang merah pada Juni—Juli diperkirakan aman. Bahkan, dia mengungkap komoditas diperkirakan mencatatkan surplus.
“Kalau dilihat neraca Juni, itu kan ada produksinya bawang merah 127.000 ton, kemudian 96 [ribu] kebutuhan, sehingga ada selisih yang malah berlebih, ini sebenarnya surplus 31.000 ton,” kata Suwandi dalam Rapat Koordinasi Inflasi Daerah 2025 di YouTube Kemendagri, Senin (23/6/2025).
Berdasarkan data early warning system (EWS), produksi bawang merah pada Juni 2025 mencapai 128.818 ton dengan kebutuhan bulanan sebanyak 98.555 ton. Alhasil, masih ada surplus sebanyak 30.262 ton bawang merah.
Data tersebut menunjukkan, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi wilayah yang mencatatkan surplus produksi pada Juni 2025.
Namun demikian, Suwandi mewanti-wanti waspada cuaca ekstrem seiring dengan pergantian musim yang berimbas pada produksi bawang merah. Salah satunya adalah musim gadu.
Baca Juga
“Ke depan ini kemarau, tapi kemaraunya basah, jadi berpengaruh tidak hanya ke cabai, juga ke bawang merah,” ungkapnya.
Kedua, serangan hama penyakit dan iklim. Suwandi menuturkan bahwa pada umumnya, pasca hujan, tanaman akan terkena fusarium, jamur, atau virus gemini.
Ketiga, tingginya permintaan bawang merah dan cabai di luar Pulau Jawa. Keempat, terjadi permasalahan terhadap truk dengan muatan berlebih alias over dimension over load (ODOL).
“Ini kan mempercepat distribusi atau memperlancar, karena ini barang kan cepat rusak. Sehingga harus segera penanganan yang sifatnya solusi jangka pendek,” ujarnya.
Terlebih, dia menjelaskan terjadi disprasitas harga sebesar 20% antara harga bawang merah di produsen.