Bisnis.com, JAKARTA— PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Injourney Tourism Development Corporation (ITDC) mengungkap Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika makin dilirik investor asing.
Setelah kerja sama dengan investor Jepang disepakati pada 2024, sejumlah investor dari Jerman dan Hong Kong juga bersiap menanamkan modalnya di kawasan tersebut.
Direktur Keuangan ITDC Ahmad Fajar mengatakan, pihaknya terus aktif menjajaki peluang investasi, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Kami terus mengupayakan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menarik investor. Karena apa? Di daerah Mandalika bagian barat itu sudah mulai ramai ya. Kami akan tingkatkan ke investor yang sudah punya restoran-restoran, baik dari Jepang hingga Eropa,” kata Fajar ditemui disela acara Bisnis Indonesia Awards (BIA) 2025 pada Senin (30/6/2025) di Jakarta.
Fajar mengatakan, strategi pengembangan Mandalika dirancang secara tematik, dengan pembagian wilayah menjadi tiga zona yakni bagian timur sebagai kawasan premium, bagian tengah sebagai pusat kegiatan (sirkuit), serta bagian barat sebagai area komersial dan ritel.
Dia menyebut, pengembangan kawasan premium di sisi timur Mandalika, yang memiliki pantai-pantai indah seperti Pantai Merese dan Tanjungan, memerlukan investasi besar. Oleh karena itu, hanya investor berskala besar yang dapat masuk ke wilayah tersebut.
Baca Juga
“Dan masuklah sekarang investor Jepang, investor Jerman, mereka akan membangun daerah yang luas karena modal mereka tentunya banyak. Itulah yang kami inginkan, membangun Mandalika secara terintegrasi,” ucapnya.
Menurut Fajar, keberadaan sirkuit internasional di tengah kawasan Mandalika menjadi pemicu utama aktivitas wisatawan (traffic pooler), yang kemudian diharapkan turut menggerakkan investasi di sisi timur dan barat.
Hingga saat ini, ITDC telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan investor asal Jepang dan dalam waktu dekat akan menjalin kerja sama serupa dengan investor dari Jerman dan Hong Kong. ITDC juga menargetkan untuk memulai MoU dengan pihak Jerman dan Hong Kong pada semester II tahun ini.
“Nah, yang Jerman kemudian ada lagi investor dari Hong Kong itu akan menyusul juga,” ujarnya.
Dia menyebut, nilai investasi dari Jepang cukup signifikan. Untuk membangun hotel berkapasitas 200 kamar saja, dana yang dibutuhkan berkisar antara Rp600 miliar hingga Rp800 miliar. Apabila membangun villa-villa berstandar internasional seperti Waldorf Astoria, nilai investasinya bisa melampaui di atas Rp1 triliun.
Sementara itu, investor dari Eropa seperti Jerman cenderung baru akan masuk di tahap berikutnya.
“Investor Jerman, Eropa itu akan masuknya belakang. Kenapa? Yang investor Jepang itu sudah mengenal daerah kita, itu Mandalika, mereka sudah bikin jaringan restoran. Nanti baru mereka akan buka hotel di sana karena sudah kenal Mandalika,” ungkapnya.
Sejauh ini, Fajar mengatakan, ITDC telah menginvestasikan dana sebesar Rp4,5 triliun hingga Rp5 triliun untuk pembangunan infrastruktur di KEK Mandalika. Selain itu, investasi dari pihak ketiga untuk sektor hotel dan komersial telah mencapai sekitar Rp1,2 triliun.
Dari sisi pariwisata, ITDC mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke KEK Mandalika mencapai 1,2 juta orang pada tahun lalu dan menargetkan kenaikan 20–30% pada 2025.
“Target kami tahun ini naik kurang lebih 2—30%,” kata Fajar.
Selain Mandalika, ITDC juga mengembangkan Kawasan Nusa Dua, Bali yang dibangun sejak 1973. Menurut Fajar, meski kawasan ini sudah mapan, investor baru tetap masuk, salah satunya melalui akuisisi hotel lama.
“Investor baru ada hotel tadi di ini kan, ada hotel yang dia mengambil alih, hotel lama yang pergi, jadi ada restoran sama hotel lama yang pergi, dibangun hotel. Itu sudah kita umumkan sih, saya sudah berani sampaikan, namanya Cicada. Cicada di Nusa II, tapi nama hotelnya saya belum tahu. Belum bisa mengumumkan. Terus ada satu jaringan restoran besar, juga nanti akan ada di Nusa dua,” ungkapnya .