Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendag Sebut RI Masih Tunggu Keputusan Final Soal Tarif Trump

Kemendag menyatakan hingga saat ini pemerintah masih menunggu keputusan akhir dari hasil negosiasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan hingga saat ini pemerintah masih menunggu keputusan akhir dari hasil negosiasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan hingga saat ini belum ada kesepakatan pengenaan tarif resiprokal dari AS kepada Indonesia. Pasalnya, proses negosiasi masih berlangsung.

“Jadi sampai sekarang kita belum ada kesepakatan antara Amerika dengan Indonesia, termasuk tarifnya seperti apa. Yang masih berlaku adalah seperti yang disampaikan kemarin bahwa ada perpanjangan yang 3 bulan itu,” kata Budi dalam acara Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun Indef 2025 di Jakarta, Rabu (2/7/2025).

Selain Indonesia, Budi mengatakan bahwa semua negara juga tengah menunggu keputusan akhir dari pengenaan tarif resiprokal atau yang lebih dikenal dengan Tarif Trump itu.

“Sebenarnya kan yang masih kita menunggu adalah dengan Amerika, memang belum ketemu lagi saja, belum deal dan sebagainya. Jadi menunggu waktu. Di negara lain juga belum deal semua,” terangnya.

Untuk diketahui, pada 2 April 2025, Presiden AS menerapkan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32%, lantaran Indonesia dianggap menghambat laju perdagangan AS, yakni penerapan tarif sepihak (tidak timbal balik), TKDN, sistem perizinan impor kompleks, dan devisa hasil ekspor (DHE).

Namun, pada 9 April 2025, AS menangguhkan pengenaan tarif resiprokal selama 90 hari untuk 56 negara mitra, termasuk Indonesia. Kemudian, pada 4 Juni 2025, Presiden AS menggandakan tarif sektoral (baja, aluminium, dan produk turunannya) menjadi 50% untuk semua negara, kecuali Inggris.

Kendati demikian, Budi berharap proses negosiasi ini tidak mengganggu neraca perdagangan Indonesia yang selama menorehkan surplus 61 bulan berturut-turut.

Terlebih, AS menjadi penyumbang surplus tertinggi sebesar US$7,08 miliar pada Januari—Mei 2025. Negara Paman Sam itu berhasil menggeser posisi India yang selama ini berada di urutan pertama.

Sepanjang lima bulan pertama 2025, India menyumbang surplus sebesar US$5,3 miliar, lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$6,59 miliar.

Sejak 2020–2024, neraca perdagangan Indonesia dengan AS terus menorehkan surplus di kisaran US$10 miliar—US$16,6 miliar dengan tren pertumbuhan surplus sebesar 5,32%.

Sepanjang Januari—Desember 2024, misalnya, surplus neraca perdagangan dengan AS tercatat sebesar US$14,34 miliar. Kala itu, AS menempati posisi kedua penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia.

Pada 2024 pula, AS menjadi negara tujuan ekspor utama nomor kedua bagi Indonesia dengan pangsa sebesar 9,94% atau senilai US$26,3 miliar. Di sisi lain, untuk negara asal impor, AS merupakan negara pemasok utama keempat bagi Indonesia dengan pangsa sebesar 5,12% atau senilai US$12 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper