Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pecah Rekor, Nilai Portofolio Temasek Tembus US$339 Miliar

Total portofolio Temasek itu turut mencakup investasi langsung di China, Amerika Serikat, hingga India.
Logo Temasek Holdings Pte Ltd. yang terpampang di Singapore FinTech Festival pada Kamis (16/11/2023). / Bloomberg-Lionel Ng
Logo Temasek Holdings Pte Ltd. yang terpampang di Singapore FinTech Festival pada Kamis (16/11/2023). / Bloomberg-Lionel Ng

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai portofolio bersih Temasek naik 11% secara tahunan menjadi sebesar S$434 miliar atau setara US$339 miliar per 31 Maret 2025. Catatan tersebut menjadi rekor nilai portofolio tertinggi sovereign wealth fund milik pemerintah Singapura tersebut.

Melansir Channel News Asia pada Rabu (9/7/2025), peningkatan tersebut terutama didorong oleh kinerja kuat perusahaan-perusahaan publik asal Singapura yang masuk dalam portofolio Temasek, serta investasi langsung di China, Amerika Serikat, dan India sepanjang tahun keuangan lalu.

Temasek diketahui menjadi pemegang saham utama sejumlah perusahaan besar seperti DBS Group dan Singapore Airlines. Jika memperhitungkan nilai aset tidak terdaftar (unlisted), total nilai portofolio Temasek mencapai S$469 miliar.

Laporan tahunan tersebut dirilis di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik global, termasuk langkah Presiden AS Donald Trump yang mengirimkan surat pemberitahuan tarif kepada negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand. Tarif tersebut dijadwalkan mulai berlaku pada 1 Agustus 2025.

Dalam menghadapi dinamika global tersebut, Temasek menyatakan telah secara aktif melakukan rebalancing portofolio dan memperkuat daya tahan investasinya. Perusahaan menegaskan bahwa ketegangan geopolitik tetap menjadi risiko utama yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi global.

Sepanjang tahun fiskal yang berakhir 31 Maret, Temasek mencatatkan investasi sebesar S$52 miliar dan melakukan divestasi senilai S$42 miliar, menghasilkan investasi bersih sebesar S$10 miliar. Sebagai perbandingan, pada tahun sebelumnya perusahaan mencatat divestasi bersih sebesar S$7 miliar.

“Kami terus berinvestasi pada perusahaan-perusahaan pemimpin pasar, baik di negara maju maupun berkembang, yang mampu menghasilkan arus kas dan laba stabil, serta memiliki eksposur yang terkendali terhadap risiko perang dagang—khususnya mereka yang memiliki akses ke pasar domestik besar, rantai pasok yang tangguh, dan kekuatan harga yang kuat,” tulis Temasek dalam keterangannya.

CEO Temasek Dilhan Pillay menyatakan ketidakpastian dunia multipolar saat ini diperparah oleh revolusi teknologi berbasis kecerdasan buatan, serta ancaman krisis iklim yang terus membayangi.

“Temasek tetap bersikap realistis terhadap risiko yang ada dan akan terus bersikap pragmatis dalam menghadapi ketidakpastian di lingkungan global yang terus berubah,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah perusahaan-perusahaan publik asal Singapura yang ada dalam portofolio akan terus berkinerja baik, Wakil CEO Temasek Chia Song Hwee menyatakan bahwa sulit untuk memprediksi pergerakan harga saham.

“Yang kami perhatikan adalah, apakah mereka mampu mencapai target yang telah mereka tetapkan sendiri?. Pasar akan bereaksi sesuai dengan pencapaian target tersebut. Tidak ada ruang untuk berpuas diri," ujarnya.

Sebagai informasi, Temasek merupakan salah satu dari tiga lembaga negara yang hasil investasinya digunakan untuk mendukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan atau APBN Singapura.

Berdasarkan kerangka Net Investment Returns Contribution (NIRC), pemerintah Singapura dapat menggunakan hingga 50% dari estimasi hasil investasi jangka panjang yang dihasilkan oleh Temasek, lembaga dana kekayaan negara GIC, dan Otoritas Moneter Singapura.

Untuk tahun ini, imbal hasil pemegang saham dalam 20 tahun tercatat sebesar 7%, sama seperti tahun sebelumnya. Namun, imbal hasil 10 tahun menurun menjadi 5% dari 6% pada 2024. Penurunan ini disebabkan oleh tidak lagi dihitungnya performa kuat pada Maret 2015, yang sebelumnya masuk dalam periode pengukuran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper