Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Sekretariat Negara Prasetyo Hadi membantah bahwa tak berkurangnya tarif 32% usai negosiasi dalam masa negosiasi 90 hari lalu, tak ada hubungannya dengan keanggotaan RI di BRICS.
Dia menyampaikan dalam pandangannya, keputusan tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan posisi Indonesia sebagai anggota dari kelompok yang dibentuk oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
“Pengenaan tarif 32% itu pun kan jauh-jauh hari sebelum kita dinyatakan menjadi anggota penuh BRICS. Saya pikir enggak ada hubungannya gitu,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (11/7/2025).
Untuk diketahui, Indonesia resmi bergabung dengan aliansi tersebut pada awal tahun ini. Masih dalam proses negosiasi, Politisi Gerindra tersebut meminta doa agar pemerintah AS mempertimbangkan lagi tawaran dari Indonesia, sehingga dapat diberikan tarif yang lebih rendah dari 32%.
Pasalnya, belum lagi adanya ancaman tarif tambahan 10% bagi negara anggota BRICS yang anti-Amerika. Selain itu, muncul pula rencana tarif 200% untuk produk farmasi impor.
Lebih lanjut, Prasetyo Hadi menyampaikan dalam proses negosiasi yang tengah berlangsung di AS dan dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pemerintah tidak memberikan tawaran baru lainnya kepada AS.
Baca Juga
Selain tujuh tawaran, termasuk peningkatan impor dari AS ke RI, pemerintah juga telah berencana melakukan investasi melalui Danantara.
Bahkan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan AS yang defisit dengan Indonesia, pemerintah juga telah menyepakati perdagangan barang dan investasi senilai US$34 miliar.
“Untuk sementara tidak [tawaran baru] ya. Karena apa yang sejak beberapa waktu yang lalu disampaikan tawaran tersebut kita merasa sebenarnya itu sudah menjawab apa yang menjadi tuntutan dari atau kehendak dari teman-teman AS,” lanjutnya.
Sebelumnya, Trump melayangkan surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto melalui akun Truth Social @realDonaldTrump pada Selasa (8/7/2025), yang menyebutkan bahwa tarif resiprokal 32% bagi RI akan berlaku per 1 Agustus mendatang.
Surat tersebut disampaikan bersamaan saat Prabowo maupun Airlangga tengah menghadiri KTT BRICS di Brasil. Di mana Airlangga pada akhirnya langsung bertolak ke AS untuk mengupayakan penurunan tarif. Sementara Prabowo masih mengagendakan waktu untuk bertemu Trump. "Ada [kemungkinan Prabowo bertemu Trump]. Ada, tapi saya belum bisa memastikan kapan," kata Prasetyo.
Untuk diketahui, tarif resiprokal 32% untuk Indonesia lebih rendah dari yang dikenai Trump atas Myanmar (40%), Laos (40%), Kamboja (36%), dan Thailand (36%). Hanya saja, tarif Indonesia itu lebih tinggi dari Malaysia (25%), Brunei Darussalam (24%), Vietnam (20%), Filipina (17%), dan Singapura (10%).