Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Bank Indonesia Catat Penyerapan Tenaga Kerja Anjlok per Juni 2025

PMI Bank Indonesia menunjukkan penurunan penyerapan tenaga kerja di industri manufaktur ke 48,75% pada Juni 2025, meski ekspansi masih terjadi di sub-sektor.
Ilustrasi manufaktur di Tanah Air./Bisnis-Rizqi Rajendra
Ilustrasi manufaktur di Tanah Air./Bisnis-Rizqi Rajendra

Bisnis.com, JAKARTA — Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja industri pengolahan berada di level 50,89% pada kuartal II/2025. Capaian ini, menurut Bank Indonesia, industri manufaktur Tanah Air masih melakukan ekspansi namun kondisinya turun 0,87% dari realisasi kuartal I/2025 yang berada di level 51,67%.

Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyebut berdasarkan data lembaganya, otoritas meyakini kinerja industri pengolahan tetap terjaga. Dia merincikan bahwa berdasarkan komponen pembentuknya, mayoritas berada pada fase ekspansi.

"Volume produksi [53,45%], volume persediaan barang jadi [51,33%], dan volume total pesanan [51,10%]," ujar Denny dalam keterangannya, Jumat (18/7/2025).

Meski BI menyebut manufaktur Tanah Air ekspansi, komponen belanja bahan baku atau kecepatan penerimaan barang input (48,75%) dan total jumlah tenaga kerja (48,75%) mengalami penurunan tajam ke level tertekan.

Meski demikian BI meyakini kuartal III/2025 belanja bahan baku diperkirakan akan membaik dan mencatat ekspansi dengan nilai indeks 50,16%. Meski peningkatan belanja bahan baku diharapkan naik, BI memperkirakan tenaga kerja masih akan terdampak dengan kontraksi ke level 48,75%.

Adapun berdasarkan Sublapangan Usaha (Sub-LU), BI meyakini sebagian besar Sub-LU berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada industri dan perlengkapan (58,24%); diikuti oleh industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman (57,61%); serta industri makanan dan minuman (54%). 

Perkembangan tersebut sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang mengindikasikan kinerja kegiatan LU industri pengolahan tetap tumbuh dengan nilai saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 1,29%.

Hanya saja, ada Sub-LU yang berada pada fase kontraksi seperti industri furnitur (42,4%) serta industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik (48,62%).

Denny mengungkap bahwa pada triwulan III 2025, kinerja lapangan usaha industri pengolahan diproyeksikan akan tetap terjaga dan berada pada fase ekspansi di level 50,85% dengan mayoritas komponen diprakirakan berada pada fase ekspansi.

"Mayoritas Sub-LU juga diprakirakan berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada Industri Logam Dasar, diikuti oleh Industri Alat Angkutan, serta Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman," ujar Denny.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro