Bisnis.com, JAKARTA - Saham-saham di Bursa Korea Selatan memiliki kinerja terbaik di antara pasar saham utama lainnya dan menjadi magnet penarik untuk investor asing.
Dilansir dari Bloomberg, Minggu (27/7/2025), hal ini dipicu oleh reformasi kebijakan regulator untuk meningkatkan valuasi dan pemberdayaan pemegang saham minoritas mulai mendapat perhatian.
Pada bulan ini, regulator Korea menyetujui perubahan undang-undang penting yang menjadikan anggota dewan direksi bertanggung jawab secara hukum kepada seluruh pemegang saham.
Fokus mereka kini beralih ke gelombang reformasi berikutnya, termasuk perbaikan sistem pemungutan suara dalam pemilihan anggota dewan serta pengurangan kepemilikan saham treasuri, dengan tujuan menertibkan perusahaan konglomerat keluarga atau chaebol yang mendominasi perekonomian Korea.
Investor global dari Wall Street di AS hingga London pun mengamati kebijakan tersebut. Perusahaan pengelola dana asing, yang sebelumnya keluar dari saham-saham Korea untuk 9 bulan berturut-turut, mulai kembali. Bank-bank global seperti Goldman Sachs Group Inc., JPMorgan Chase & Co., Citigroup Inc., dan Morgan Stanley menjadi beberapa investor yang mendorong pasar saham Korea mulai Juni 2025.
Indeks Kospi pun melonjak 33% sepanjang tahun ini, mendorong nilai pasar saham Korea melampaui US$2 triliun untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
Baca Juga
Jonathan Pines dari perusahaan Federates Hermes menyampaikan reformasi kebijakan tersebut akan berkontribusi pada kelanjutan pergeseran budaya yang sudah berlangsung.
"Dan akan mengurangi kemampuan pemegang saham pengendali untuk memaksakan restrukturisasi yang menguntungkan mereka dan mengorbankan pemegang saham minoritas," jelasnya. Dia pun menyampaikan pandangan overweight terhadap saham Korea.
Adapun, Otoritas Korea Selatan telah berupaya untuk meniru kesuksesan yang terlihat di Jepang, di mana dorongan untuk reformasi perusahaan membantu meningkatkan valuasi dan memacu reli ekuitas.
Optimisme bahwa negara tersebut serius dalam menangani apa yang disebut "diskon Korea" telah tumbuh sejak Presiden Lee Jae Myung, yang baru terpilih, menjadikan peningkatan standar tata kelola dan peningkatan imbal hasil pasar saham sebagai salah satu prioritas utamanya.
Arus net inflow dana asing Korea telah melampaui U$3 miliar hanya pada Juli 2025. Angka ini lebih besar daripada gabungan pembelian dalam dua bulan sebelumnya.
“Kami melihat perubahan besar dalam tata kelola perusahaan. Hal seperti ini tidak membutuhkan lingkungan global yang baik dan hampir seperti pengembangan diri,” kata Joshua Crabb, kepala ekuitas Asia Pasifik di Robeco Hong Kong Ltd., seraya menekankan peningkatan disiplin modal, pembelian kembali saham, dan dividen.