Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri Proyeksi Konsumsi Masyarakat Melandai pada Kuartal III/2025

Bank Mandiri memproyeksikan konsumsi masyarakat melandai pada kuartal III/2025 setelah dorongan musiman mereda. Belanja konsumen beralih ke kebutuhan pokok, sementara pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat menjadi 4,9%-5%.
Anak-anak bermain dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (6/8/2025). JIBI/Bisnis/Abdurachman
Anak-anak bermain dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (6/8/2025). JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Office of Chief Economist (OCE) PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) memproyeksikan konsumsi masyarakat akan melandai pada kuartal III/2025 setelah terdorong kuat oleh faktor musiman di paruh pertama tahun ini.

Pola normalisasi belanja konsumen yang lebih panjang dan dalam terpantau dalam Mandiri Spending Index (MSI).

Kepala Mandiri Institute Andre Simangunsong menjelaskan bahwa dorongan konsumsi pada kuartal II/2025 dipicu oleh kombinasi libur panjang, libur sekolah, dan stimulus pemerintah. Efek tersebut kini mulai mereda.

Dia memaparkan bahwa belanja konsumen biasanya kembali ke level normal sepekan setelah libur sekolah berakhir pada 2024. Kini pada 2025, penurunan aktivitas konsumsi masih berlanjut hingga lebih dari lima pekan setelah libur berakhir.

“Dari bulan akhir Juli sampai dengan sekarang, kita memang melihat tidak ada stimulan yang mendorong konsumen untuk melakukan belanja. Jadi ini mungkin salah satu faktor yang menyebabkan normalisasi ini terlihat lebih panjang di tahun ini,” ujar Andre dalam forum Mandiri Economic Outlook Q3 2025 secara daring, Kamis (28/8/2025).

Lebih lanjut, data MSI juga menunjukkan pergeseran pola belanja masyarakat. Pengeluaran untuk kebutuhan produk rumah tangga dan elektronik mulai melambat.

Selain itu, porsi belanja yang kaitannya dengan dining out atau pengeluaran untuk restoran perlahan-lahan mulai menurun di kuartal III/2026.

Sebaliknya, belanja untuk kebutuhan primer seperti di supermarket justru meningkat. Porsi naik ke 17% dari 15%–16% pada kuartal II/2025.

Sejalan, belanja berbasis pengalaman (experience-based spending) seperti transportasi dan mobilitas masih menunjukkan ketahanan.

Menurut Andre, data itu menunjukkan konsumen mulai memprioritaskan kembali belanja kebutuhan pokok dibandingkan pengeluaran bersifat leisure seperti makan di luar.

"Jadi memang di sini kami melihat perlu ada antisipasi, baik dari sisi pemerintah ataupun dari private sector [sektor swasta], sambil melihat ini tren-tren yang ada kira-kira potensi dari belanja konsumen itu arahnya kemana," jelasnya.

Kepala Departemen Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menambahkan bahwa pihaknya memproyeksikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 4,9% secara tahunan pada kuartal III/2025. Angka lebih lambat dari realisasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga sendiri 4,97% pada kuartal II/2025.

Adapun dari sisi pertumbuhan ekonomi, pada kuartal III/2025 diperkirakan berada di kisaran 4,9%–5% secara tahunan (year on year/YoY). Proyeksi ini sedikit melandai dibandingkan kuartal II/2025 yang tumbuh 5,12% YoY.

Diyu, sapaan Dian Ayu menjelaskan tren pelambatan ini sudah terantisipasi.

“Ada faktor musiman juga, di mana memang katalisnya atau aktivitas ekonomi ini cenderung meningkat di kuartal I dan kuartal II ya, ada periode Lebaran dan libur sekolah. Setelah itu mulai ada normalisasi,” ujarnya pada kesempatan yang sama.

Diyu menambahkan bahwa risiko terbesar berasal dari pelemahan kinerja ekspor, terutama akibat penerapan tarif resiprokal global yang mulai berlaku pada 7 Agustus 2025. Bank Mandiri, sambungnya, masih memantau dampaknya terhadap kinerja ekspor.

Selain itu, normalisasi belanja masyarakat usai libur sekolah. Dua faktor itu menjadi resiko pelemahan bagi pertumbuhan pada kuartal III/2025.

Meski demikian, OCE Bank Mandiri melihat masih ada peluang penguatan dari sisi domestik. Percepatan realisasi belanja pemerintah di semester II dinilai bisa menjadi katalis positif. 

“Belanja pemerintah ini harusnya bisa mendorong permintaan domestik ya, misalnya melalui bantuan sosial, melalui program-program, dan juga proyek-proyek infrastruktur. Jadi di situ katalisnya menurut kami ya,” jelas Diyu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro