BISNIS.COM, JAKARTA: Iklim pasar jasa konstruksi di Timor Leste dinilai masih belum menjamin pelaksanaan transaksi kontrak menyusul belum adanya regulasi yang dapat mengatur.
Kepala Cabang Timor Leste Waskita Karya Agus Prihatmono mengataakn saat ini banyak sekali proyek yang ditawarkan oleh negara bekas provinsi Indonesia tersebut sehingga kesempatan yang ada terbuka lebar.
“Mereka itu mimpinya banyak. Ingin bangun airport internasional, mau bangun pelabuhan internasional juga. Jadi ya memang banyak kalau kita mau masuk ke sana,” jelasnya.
Namun, ujarnya, peluang tersebut tidak didukung oleh keamanan pasar konstruksi oleh pemerintah setempat karena masih kurangnya peraturan-peraturan yang dapat menjamin kontraktor.
“Namanya juga negara baru, peraturannya masih on going semua. Jadi, belum ada aturan pengadaan barang dan jasa, sistematika kontrak, dan kepastian pembayaran, dan itu justru yang paling krusial,” jelasnya.
Dia mengatakan, hal yang paling terpenting bagi kontraktor adalah kontrak dan legal megingat sistem pembayaran perusahaan jasa konstruksi yang dibayar jika proyek sudah selesai. "Kalo legalnya ga kuat, gak dibayar gimana nantinya," pungkasnya.
Guna menyiasati hal tersebut, perusahaan hanya berani mengikuti tender proyek yang didanai oleh bank dunia atau instansi internasional lainnya sehingga legal proyek tersebut jelas.
"Biasanya yang didanai IBRD atau ADB itu legalnya pasti jelas. Jadi, kami berani masuk proyek yang didanai lembaga seperti itu," jelasnya. (msb)