Bisnis.com, JAKARTA - Usulan penambahan pasokan sebesar 15.000 ton setara daging sapi yang diwacanakan oleh pemerintah pada akhir Agustus dinilai sudah tepat untuk menstabilisasi harga hingga akhir tahun.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri Makanan dan Peternakan Juan Permata Adoe mengatakan usulan pemerintah tersebut sesuai dengan perhitungan pihak pengusaha.
“Angka tersebut sudah sesuai dengan hitungan kami. Rinciannya, 45.000 ekor sapi siap potong, 45.000 ekor sapi bakalan, dan sisanya disesuaikan untuk daging sapi beku bila harga masih tinggi,” kata Juan kepada Bisnis, Selasa (13/8/2013).
Dia menambahkan usulan ini harus segera diputuskan mengingat pihak importir membutuhkan kesiapan baik dari kontrak dengan eksportir asing, pengapalan, dan logistik.
Juan berharap tambahan importasi ini bisa terintegrasi untuk industri sapi dari hulu sampai ke hilir. Kebutuhan peternak, feedlotter, rumah potong hewan, dan industri pengolahan daging harus bisa dijaga pasokannya.
Peternak membutuhkan sapi bakalan atau bibit untuk digemukkan. Apabila pasokan lokal tidak ada, maka impor sapi bakalan menjadi satu-satunya upaya untuk menyediakan pasokan.
Namun, lanjutnya, proses penggemukan ini membutuhkan waktu 3-4 bulan. Di sisi lain rumah potong hewan (RPH) dan industri pengolahan daging sapi harus tetap beroperasi.
Terlebih, perusahaan RPH baik modern dan milik pemerintah mempunyai jumlah yang banyak. Maka, harus dilakukan impor sapi siap potong.
Pada industri pengolahan sendiri mempunyai permintaan bermacam jenis daging yang harus dihasilkan, tetapi pasokan dari sapi siap potong belum tentu mencukupi. Alhasil, impor daging sapi beku harus dilakukan.
“Melalui tambahan pasokan ini diharapkan pasokan dan harga pada industri yang terintegrasi ini bisa terjaga, sehingga stabilisasi bisa tercipta,” ujarnya.